Liputan6.com, Magelang: Ketika krisis listrik sedang melanda negeri ini, terdapat kabar yang menggembirakan. Belum lama ini Wijaya Wijanarko, seorang dosen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Patria, Magelang, Jawa Tengah, menemukan pembangkit listrik tenaga angin yang murah. Betapa tidak, biaya operasional hanya Rp 2.000 per bulan. Itu pun buat membeli air aki atau air murni.
Sekalipun dirinya bukan yang pertama kali menemukan pembangkit listrik bertenaga angin, Wijaya menjamin alat yang dibuatnya. Selain harganya cukup murah, semua komponen menggunakan barang lokal. Dengan menggunakan alat ini, ia dapat menyalakan sebuah komputer jinjing dan berbagai jenis lampu neon [baca: Pembangkit Lisrik Tenaga Angin Semakin Dilirik].
Menurut Wijaya yang tak lain Kepala Jurusan Teknik Informatika Bina Patria, kualitas tegangannya sama dengan listrik dari Perusahaan Listrik Negara, yakni 220 voltase. Hanya saja, ia mengakui, dayanya masih rendah, yaitu sekitar 300 watt. Walau demikian, penemuannya akan terus disempurnakan sehingga menyamai daya listrik yang dihasilkan PLN. Wijaya juga menjamin alat ini tidak akan terputus sumber dayanya meski tak ada angin maupun kincir tidak berputar. Sebab, pasokan energi listriknya diambil dari energi yang disimpan di aki.
Advertisement
Penemuan Wijaya diharapkan bisa menjadi energi alternatif yang handal, murah, praktis, dan ramah lingkungan. Dengan kata lain, tenaga angin bisa dijadikan sumber energi listrik alternatif menggantikan energi fosil dari minyak dan batu bara yang saat ini kian mahal dan langka. Terutama, bisa diterapkan di daerah daerah tertinggal maupun terpencil yang tak terjangkau listrik PLN.
Tentunya, penemuan Wijaya kembali membangkitkan secercah harapan di tengah pemadaman listrik secara bergilir yang menghantui warga di banyak daerah, termasuk Jakarta. Apalagi setelah Djoko Suprapto, sang penemu "Blue Energy", beberapa hari silam telah dijadikan tersangka dalam kasus penipuan [baca: Djoko "Blue Energy" Jadi Tersangka].(ANS/Yon Daryono)