Liputan6.com, Bandar Lampung: Sekitar 200 kepala keluarga warga Sukamaju, Kota Madya Bandar Lampung, menduduki perumahan mewah Pantai Puri Gading, baru-baru ini. Aksi pendudukan dipicu tuntutan ganti rugi tanah yang digusur pengembang, penyelesaiannya berlarut-larut.
Warga terpaksa menduduki perumahan mewah di bibir Pantai Lempasing itu. Mereka menutup pintu masuk kompleks perumahan yang telah dihuni 300 KK. Selain itu, warga juga menggelar dapur umum. Akibatnya warga penghuni perumahan terganggu, sehingga banyak penghuni yang tak berani pulang ke rumahnya.
Sementara itu, pengembang PT Graha Cemerlang tak bersedia menerima warga dan tuntutan ganti rugi dengan harga tanah sesuai pasar sekarang. Sedangkan Manajer Pemasaran PT Servita Cemerlang tak bersedia berunding dengan alasan hanya bertugas memasarkan saja.
Sengketa tanah sebenarnya dimulai sejak 1992, ketika tanah warga dijual secara sepihak oleh seorang warga setempat yang mengatasnamakan warga. Menurut pengakuan warga, masalah itu telah dilaporkan ke pemerintah daerah dan DPRD Lampung hingga ke Wakil Presiden yang saat itu masih dijabat Try Sutrisno. Namun, tetap saja tak ada realisasinya.(YYT/Bisri Merduani)
Warga terpaksa menduduki perumahan mewah di bibir Pantai Lempasing itu. Mereka menutup pintu masuk kompleks perumahan yang telah dihuni 300 KK. Selain itu, warga juga menggelar dapur umum. Akibatnya warga penghuni perumahan terganggu, sehingga banyak penghuni yang tak berani pulang ke rumahnya.
Sementara itu, pengembang PT Graha Cemerlang tak bersedia menerima warga dan tuntutan ganti rugi dengan harga tanah sesuai pasar sekarang. Sedangkan Manajer Pemasaran PT Servita Cemerlang tak bersedia berunding dengan alasan hanya bertugas memasarkan saja.
Sengketa tanah sebenarnya dimulai sejak 1992, ketika tanah warga dijual secara sepihak oleh seorang warga setempat yang mengatasnamakan warga. Menurut pengakuan warga, masalah itu telah dilaporkan ke pemerintah daerah dan DPRD Lampung hingga ke Wakil Presiden yang saat itu masih dijabat Try Sutrisno. Namun, tetap saja tak ada realisasinya.(YYT/Bisri Merduani)