Liputan6.com, Jakarta: Hiburan musik dangdut masih menjadi cara untuk menarik simpatisan, tak terkecuali bagi partai baru seperti Partai Barisan Nasional. Partai yang berkampanye di Jakarta, Kamis (19/3), ini menargetkan perolehan suara 10 persen dalam pemilu legislatif mendatang. Dalam kampanyenya, Partai Barnas berjanji akan membuka lapangan pekerjaan baru. Meski meriah, kampanye Partai Barnas masih mengikutsertakan anak-anak.
Partai Damai Sejahtera memanfaatkan masa kampanye secara terpisah di beberapa tempat. Di Jakarta Utara, kampanye diisi dengan pawai kendaraan bermotor. Sebelumnya mereka melakukan ibadah bersama dan berorasi. Dalam orasinya para caleg PDS mengajak simpatisan tidak golput dan berjanji para caleg tidak akan terlibat politik uang.
Di Jakarta Pusat, salah satu caleg PDS berkampanye dengan melakukan fogging atau pengasapan di kawasan yang dianggap rawan demam berdarah. Caleg ini memilih aksi sosial lantaran dianggap lebih efektif untuk mengenal calon pemilih.
Langkah berbeda dilakukan massa Partai Nasional Banteng Kerakyatan Indonesia. Partai pimpinan Eros Djarot ini berkampanye dengan berjalan kaki ke Bundaran Hotel Indonesia dan Monas. Mereka bahkan melakukan aksi diam sebagai bentuk protes terhadap jalannya pemilu.
Di daerah, kampanye terbuka putaran pertama dimanfaatan Partai Keadilan Sejahtera dengan menggelar rapat terbuka di Lapangan Dadaha, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dengan persiapan ala kadarnya, PKS mencoba menggaet pemilih dari kelompok anak muda. Kampanye dilanjutkan dengan pawai kendaraan di seputar Kota Tasikmalaya.
Ajang kampanye terbuka di Serang, Banten, masih diwarnai pengerahan anak-anak. Selain itu, sejumlah warga juga mengaku dibayar Rp 20 ribu untuk menghadiri kampanye dan rela meninggalkan pekerjaan mereka.
Kampanye terbuka Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di lapangan bola Smada, Pangkalpinang, Bangka Belitung, juga terdapat anak kecil yang dibawa orangtuanya meski mereka tahu hal itu melanggar aturan kampanye.
Kampanye di Karawang, Jawa Barat, juga masih melibatkan anak-anak. Mereka bahkan bolos sekolah demi ikut kampanye dan berkonvoi keliling jalan prtokol.
Kampanye terbuka di Lapangan Merdeka, Medan, Sumatra Utara, juga diwarnai dengan ikutnya anak-anak. Panitia Pengawas Pemilu Sumut tidak berdaya menghentikan kampanye yang dinilai melakukan pelanggaran itu.
Kampanye di Kelurahan Fatu-Luli, Kupang, Nusa Tenggara Timur, diwarnai dengan pembagian uang kepada peserta kampanye. Seorang calon legislator membagikan uang kepada massa pendukungnya usai kampanye terbuka. Peserta kampanye mengaku dijanjikan uang Rp 30 ribu untuk membeli bahan bakar. Selain itu kampanye juga diwarnai dengan ikutnya anak-anak.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)
Partai Damai Sejahtera memanfaatkan masa kampanye secara terpisah di beberapa tempat. Di Jakarta Utara, kampanye diisi dengan pawai kendaraan bermotor. Sebelumnya mereka melakukan ibadah bersama dan berorasi. Dalam orasinya para caleg PDS mengajak simpatisan tidak golput dan berjanji para caleg tidak akan terlibat politik uang.
Di Jakarta Pusat, salah satu caleg PDS berkampanye dengan melakukan fogging atau pengasapan di kawasan yang dianggap rawan demam berdarah. Caleg ini memilih aksi sosial lantaran dianggap lebih efektif untuk mengenal calon pemilih.
Langkah berbeda dilakukan massa Partai Nasional Banteng Kerakyatan Indonesia. Partai pimpinan Eros Djarot ini berkampanye dengan berjalan kaki ke Bundaran Hotel Indonesia dan Monas. Mereka bahkan melakukan aksi diam sebagai bentuk protes terhadap jalannya pemilu.
Di daerah, kampanye terbuka putaran pertama dimanfaatan Partai Keadilan Sejahtera dengan menggelar rapat terbuka di Lapangan Dadaha, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dengan persiapan ala kadarnya, PKS mencoba menggaet pemilih dari kelompok anak muda. Kampanye dilanjutkan dengan pawai kendaraan di seputar Kota Tasikmalaya.
Ajang kampanye terbuka di Serang, Banten, masih diwarnai pengerahan anak-anak. Selain itu, sejumlah warga juga mengaku dibayar Rp 20 ribu untuk menghadiri kampanye dan rela meninggalkan pekerjaan mereka.
Kampanye terbuka Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di lapangan bola Smada, Pangkalpinang, Bangka Belitung, juga terdapat anak kecil yang dibawa orangtuanya meski mereka tahu hal itu melanggar aturan kampanye.
Kampanye di Karawang, Jawa Barat, juga masih melibatkan anak-anak. Mereka bahkan bolos sekolah demi ikut kampanye dan berkonvoi keliling jalan prtokol.
Kampanye terbuka di Lapangan Merdeka, Medan, Sumatra Utara, juga diwarnai dengan ikutnya anak-anak. Panitia Pengawas Pemilu Sumut tidak berdaya menghentikan kampanye yang dinilai melakukan pelanggaran itu.
Kampanye di Kelurahan Fatu-Luli, Kupang, Nusa Tenggara Timur, diwarnai dengan pembagian uang kepada peserta kampanye. Seorang calon legislator membagikan uang kepada massa pendukungnya usai kampanye terbuka. Peserta kampanye mengaku dijanjikan uang Rp 30 ribu untuk membeli bahan bakar. Selain itu kampanye juga diwarnai dengan ikutnya anak-anak.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)