Sukses

Bom Atrium Senen Menggunakan TNT

Bahan peledak pada peristiwa di lobi Hotel Aston Plaza Atrium Senen, Jakpus, adalah TNT. Jenis bom itu serupa peristiwa di Gereja Santa Anna.

Liputan6.com, Jakarta: Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik Penelitian Polri menyebutkan bahan peledak di lobi Hotel Aston Plaza Atrium Senen, Jakarta Pusat, [baca: Lobi Hotel Aston Atrium Diledakkan] adalah jenis Trinitrotoluene (TNT). Bahan peledak itu sama persis dengan penyebab ledakan di Gereja Santa Anna, Jakarta Timur, 22 Juli silam. Penegasan itu dikemukakan Kepala Puslabfor Polri Brigadir Jenderal Polisi M. Hamim Soeriaamidjaja di Jakarta, Kamis (2/8).

Hamim mengakui bahan peledak jenis itu hanya dipakai kalangan militer. Tapi tak tertutup kemungkinan para pelaku memperoleh benda itu dari pasar gelap. Dari pemeriksaan terhadap 16 orang, polisi menduga tiga saksi sebagai tersangka. [baca:Tiga Saksi Diduga Tersangka Peledakan Bom Atrium].

Steven Tjan, Manager Bisnis Development PT Segitiga Atrium mengatakan sejumlah kerusakan di hotel itu mulai diperbaiki. Contohnya, pecahan kaca yang berserakan di lantai saat ini telah dibersihkan. Bahkan, cat-cat tembok yang mengelupas kini kembali di cat sesuai warna semula. Selain itu, pecahan lampu yang menggelantung di bagian atas juga diperbaiki.

Steven Tjan menambahkan, pada hari ini seluruh toko yang berada di Plaza Atrium untuk sementara tutup. Kebijakan itu untuk memudahkan penyelidikan kepolisian. Menurut dia, besar kerugian belum dapat dipastikan karena masih dihitung manajemen gedung.

Sementara itu, tiga korban ledakan bom di Plaza Atrium Senen hingga Kamis (2/8) petang masih dirawat secara intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Peristiwa itu mengakibatkan enam orang luka terkena pecahan bom. Seorang korban, Dodi Mulia hingga saat ini masih belum sadarkan diri dan dirawat di ruang gawat darurat. Warga Kebagusan Kecil, Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu harus menjalani amputasi pada kaki kanan dan mengalami luka robek di seluruh tubuh.

Dua korban lainnya yakni Suryadi, pria berusia 41 tahun asal Bengkulu dan Iwan Drajat, warga Kayumanis Jakarta Timur. Keduanya dirawat dalam satu ruangan di unit bedah karena mengalami luka cukup serius di tubuhnya. Aparat keamanan menjaga ketat ruang perawatan ketiga korban. Terlihat 10 orang polisi berpakaian preman berjaga-jaga di depan kamar rawat Dodi. Mereka adalah saksi kunci peristiwa itu. Bahkan keluarga korban belum bisa menjenguk.(ORS/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini