Liputan6.com, Jakarta: Dalam politik, satu hal yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. Seperti halnya langkah catur yang kini dijalankan Prabowo Subianto. Sebelumnya, Ketua Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra ini acapkali menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri.
Bahkan, Prabowo disebut-sebut sebagai calon kuat wakil presidennya Megawati. Namun, berulang kali pula, Prabowo menegaskan dirinya tetap maju sebagai calon presiden Partai Gerindra.
Begitu pun setelah Jusuf Kalla kembali menegaskan sebagai capres Partai Golkar dan berpisah dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Prabowo segera merapat. Ahad (26/4) siang, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini bertandang ke kediaman Jusuf Kalla. Kedua pihak sepakat untuk lebih mengintensifkan pertemuan menuju koalisi pemilu presiden Juli mendatang.
Usai bertemu Kalla, Prabowo langsung meluncur ke rumah Megawati. Pertemuan digelar. Tapi, tetap saja tidak ada kata sepakat soal capres dan cawapres.
Dari kalkulasi politik yang berkembang, kubu koalisi 15 partai politik yang digawangi Prabowo menjadi pendulum politik yang signifikan. Setelah PDIP dan Golkar tak jadi berkoalisi, kedua parpol itu kesulitan mencari calon wapres. Nah, kubu Prabowo yang potensial menjadi penentu, apakah hendak menjadi cawapres dari Golkar atau PDIP. Atau tetap maju sebagai Capres Partai Gerindra?
Sulitnya PDIP dan Golkar mencari koalisi sepertinya tidak lepas dari apa yang mereka perbuat di Senayan. Sebelumnya, kedua partai ini yang paling ngotot saat penetapan undang-undang agar syarat dukungan capres lebih dari 20 persen suara. Ya, ini bagaikan senjata makan tuan.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)
Bahkan, Prabowo disebut-sebut sebagai calon kuat wakil presidennya Megawati. Namun, berulang kali pula, Prabowo menegaskan dirinya tetap maju sebagai calon presiden Partai Gerindra.
Begitu pun setelah Jusuf Kalla kembali menegaskan sebagai capres Partai Golkar dan berpisah dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Prabowo segera merapat. Ahad (26/4) siang, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini bertandang ke kediaman Jusuf Kalla. Kedua pihak sepakat untuk lebih mengintensifkan pertemuan menuju koalisi pemilu presiden Juli mendatang.
Usai bertemu Kalla, Prabowo langsung meluncur ke rumah Megawati. Pertemuan digelar. Tapi, tetap saja tidak ada kata sepakat soal capres dan cawapres.
Dari kalkulasi politik yang berkembang, kubu koalisi 15 partai politik yang digawangi Prabowo menjadi pendulum politik yang signifikan. Setelah PDIP dan Golkar tak jadi berkoalisi, kedua parpol itu kesulitan mencari calon wapres. Nah, kubu Prabowo yang potensial menjadi penentu, apakah hendak menjadi cawapres dari Golkar atau PDIP. Atau tetap maju sebagai Capres Partai Gerindra?
Sulitnya PDIP dan Golkar mencari koalisi sepertinya tidak lepas dari apa yang mereka perbuat di Senayan. Sebelumnya, kedua partai ini yang paling ngotot saat penetapan undang-undang agar syarat dukungan capres lebih dari 20 persen suara. Ya, ini bagaikan senjata makan tuan.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)