Liputan6.com, Lampung: Para petani kopi di Lampung, belakangan ini, sangat terpukul dengan anjloknya harga kopi. Pasalnya, ditingkat petani, biji kopi kering hanya dihargai sebesar Rp 2.000 per kilogram. Padahal, harga kopi bubuk di pasaran dijual dengan harga Rp 14 ribu per kilogram.
Berdasarkan data, Lampung adalah penghasil kopi nomor tiga terbesar di Indonesia yang setiap tahunnya mampu mengekspor 200 ribu ton biji kopi kering. Namun, merosotnya harga biji kopi kering hingga Rp 2.000 per kilogram membuat para petani merugi. Bahkan, saat ini, banyak kebun kopi yang dibiarkan telantar oleh pemiliknya.
Menurut pengakuan petani, biaya produksi untuk setiap hektare mencapai Rp 1,7 juta, belum termasuk biaya petik sebesar Rp 800 per kilogram untuk biji kopi basah. Karena itu, mereka berharap biji kopi bisa dijual seharga Rp 8 ribu per kilogram. Petani juga memperkirakan harga kopi akan terus merosot. Sebab, Asosiasi Eksportir Kopi tak lagi melakukan pembelian dalam dua bulan mendatang.
Sementara itu, merosotnya harga biji kopi tidak membuat harga kopi bubuk di pasaran ikut turun. Dengan alasan biaya produksi yang tinggi, harga kopi bubuk tetap dijual Rp 14.000 per kilogram. Menurut Asosiasi Eksportir Kopi, merosotnya harga biji kopi disebabkan melimpahnya pasokan, terutama dari Vietnam. Sebelumnya, dengan keseimbangan pasokan, harga kopi selalu mengikuti pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat.(PIN/Bisri Merduani)
Berdasarkan data, Lampung adalah penghasil kopi nomor tiga terbesar di Indonesia yang setiap tahunnya mampu mengekspor 200 ribu ton biji kopi kering. Namun, merosotnya harga biji kopi kering hingga Rp 2.000 per kilogram membuat para petani merugi. Bahkan, saat ini, banyak kebun kopi yang dibiarkan telantar oleh pemiliknya.
Menurut pengakuan petani, biaya produksi untuk setiap hektare mencapai Rp 1,7 juta, belum termasuk biaya petik sebesar Rp 800 per kilogram untuk biji kopi basah. Karena itu, mereka berharap biji kopi bisa dijual seharga Rp 8 ribu per kilogram. Petani juga memperkirakan harga kopi akan terus merosot. Sebab, Asosiasi Eksportir Kopi tak lagi melakukan pembelian dalam dua bulan mendatang.
Sementara itu, merosotnya harga biji kopi tidak membuat harga kopi bubuk di pasaran ikut turun. Dengan alasan biaya produksi yang tinggi, harga kopi bubuk tetap dijual Rp 14.000 per kilogram. Menurut Asosiasi Eksportir Kopi, merosotnya harga biji kopi disebabkan melimpahnya pasokan, terutama dari Vietnam. Sebelumnya, dengan keseimbangan pasokan, harga kopi selalu mengikuti pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat.(PIN/Bisri Merduani)