Sukses

Anak Panti Samuel Terbiasa Baku Pukul, Pengacara: Meniru `Ayah-Bunda`

Anak-anak asuh Panti Samuel terbiasa adu pukul dan mencuri, karena menirukan pengasuh sekaligus pemilik panti.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan penganiayaan yang terjadi di Panti Asuhan Samuel, Tangerang, Banten kini tengah ditindaklanjuti Polda Metro Jaya. Sebanyak 9 anak asuh telah diperiksa unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Remaja dan Wanita (Renata) Polda Metro Jaya.

Dari pemeriksaan terungkap, selain diduga mendapat perlakuan tidak wajar dari pemilik Panti Samuel, CW (50) dan YW (47), anak asuh juga mengaku kerap mendapat kekerasan dalam keseharian mereka.

"Hampir setiap hari tanpa alasan yang jelas mereka (anak-anak) dihajar. Contoh mereka diberi waktu main 2 jam, mau pulang tepat waktu atau telat mereka tetap kena hajar," kata pengacara dari LBH Mawar Saron, Erik Manurung saat mendampingi anak-anak panti diperiksa, Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (26/2/2014).

Menurut Erik, kekerasan yang dilakukan pemilik panti itulah yang memicu anak-anak menjadi terbiasa saling memukul satu dengan lainnya. Bahkan, yang lebih parah dari hasil pemeriksaan, ada anak yang disiram air panas. Dugaan penganiayaan itu sudah terjadi sejak 2002 lalu.

"Saling pukul wajar, mereka mencontoh 'ayah-bunda' (CW dan YW). Dan itu terjadi sejak 2002. Itu pengakuan P dan N waktu diperiksa. Ada juga yang disiram air panas waktu kecil sama bunda (YW). Dipukul sehari-hari sama gesper, hanger (gantungan baju), selang," terang Erik.

Motif Kekerasan

Sementara pihaknya menduga penganiayaan itu dilakukan karena ada kelainan pada kedua pemilik panti itu. Untuk motif ekonomi atau bisnis, pihak Mawar Saron mengaku masih terus melakukan pengumpulan data dan informasi.

"Kita belum tahu pasti ya, kalau arahnya ke ekonomi. Mungkin sakit (jiwa). Memang anak-anak panti itu ditunjukkan kepada donatur. Mungkin semakin lusuh akan semakin simpati," ucap Erick.

Sementara kuasa hukum lainnya Kasih Karunia mengatakan, anak-anak Panti Samuel tersebut juga diketahui piawai dalam mencuri. Itu tak lain terjadi karena akibat adanya pembiaran. Dalam pengakuan, anak-anak panti itu sering merasa kelaparan.

Sementara, gudang penyimpan bahan makanan atau keperluan anak-anak panti selalu terkunci. Karena itu mereka mencari celah untuk menghilangkan rasa lapar mereka. "Mereka lapar. Akhirnya anak-anak ada yang mencuri perlengkapan panti, terus mereka meloloskan diri keluar."

"Di luar, mereka jual barang hasil curian untuk beli makan. Jago-jago mereka buat lolosin diri sama manjat kabur," sambung Kasih.

Kasus ini terungkap dari salah satu anak panti H (20) yang berhasil kabur, karena tidak kuat atas perlakuan yang kerap diterima dari pasangan suami istri itu yang biasa dipanggil Ayah dan Bunda oleh anak-anak asuhnya.

Sementara pengelola Panti Asuhan, Chemuel Watulingas membantah semua tuduhan. Chemuel juga akan menuntut LBH Mawar Saron yang pertama kali disebut membongkar kasus ini. (Ismoko Widjaya)

Baca juga:

Evakuasi Anak Panti Samuel, Komnas Perlindungan Anak Tak Takut Dituntut

LBH Mawar Sharon: Ada Bekas Gigitan di Pipi Bayi Panti Samuel

Mawar Sharon: Beras Berkutu Hilang dari Panti Asuhan Samuel