Liputan6.com, Jakarta Penolakan atas reklamasi Teluk Benoa terus mendapat kecaman dari masyarakat. Penolakan dari mulai dalam bentuk unjuk rasa sampai pembubuhan cap jempol darah yang menghujat Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Bagi Pastika, spanduk yang berisi hujatan dan cacian itu wajar. Itu risiko sebagai seorang pemimpin. Tapi kesabaran Pastika sepertinya telah habis. "Saya sangat terganggu dan ini sudah sangat kelewatan," kata Pastika saat konferensi pers di Kantor Gubernur, Denpasar, Bali, Kamis (27/2/2014).
Pastika mengaku sadar betul atas posisinya sebagai pemimpin yang harusnya tidak boleh mengeluh dan harus siap dicaci maki warganya. Pemimpin, kat dia, harus siap dengan segala risiko.
Namun, menurutnya, kata-kata di spanduk itu membuatnya emosi. Isi dari spanduk itu membawa-bawa cap jempol darah yang ditujukan kepada dirinya karena dinilai mendukung reklamasi Teluk Benoa, yang efeknya sangat menyengsarakan rakyat.
"Saya sudah sering dicaci maki selama jadi Gubernur Bali. Tapi kalau sampai cap jempol darah dan juga mau memenggal kepala orang sungguh ini sudah sangat keterlaluan. Apa tidak berpikir kalau hal itu bisa menyebabkan orang mati," tegas Pastika marah.
Sementara, saat dikonfirmasi soal laporan Gubernur Bali, Humas Polda Bali, AKBP Haryadi, mengatakan sudah menerima laporan tersebut. Saat ini polisi masih menyelidikan dan mempelajari laporan tersebut.
"Laporannya sudah kami terima, kami masih pelajari. Sekarang masih kami selidiki," ujarnya singkat saat dihubungi lewat telepon.
Ratusan aktivis yang tergabung dalam Jaringan Aksi Tolak Reklamasi (Jalak) Sidakarya, Minggu 16 Februari 2014 menggelar aksi dengan membubuhkan cap jempol darah dan tanda tangan di sebuah spanduk putih. Selain berisi cap jempol darah, para demostran juga menuliskan caci maki terhadap Pastika salah satunya 'penggal kepala Pastika'. Kemudian spanduk itu dipasang di depan kantor gubernur. Dan Itu yang membuat mantan Kapolda itu meradang.
Cap Jempol Darah `Penggal Kepala`, Gubernur Bali: Ini Sangat Kelewatan!
Itu risiko sebagai seorang pemimpin. Tapi kesabaran Pastika sepertinya telah habis.
Advertisement