Sukses

Kisah Muhammad, Pemulung (Juga) Ingin Naik Haji

Bermodalkan sepatu kets robek dan celana pendek yang compang, Muhammad Thalib menyusuri jalan-jalan di Desa Maluk.

Liputan6.com, NTB Bermodalkan sepatu kets robek dan celana pendek yang compang-camping, Muhammad Thalib menyusuri jalan-jalan di Desa Maluk, Nusa Tenggara Barat. Dia memburu botol-botol bekas dan besi tua. Pada siapapun yang ditemuinya, dia selalu tersenyum. Dan jika ditanya alasannya memulung, dia menjawab, 'Ingin naik haji.'

Dia keluar dari desa kelahirannya di Desa Calabai, Kabupaten Dompu, untuk bisa mengais rezeki di kawasan tambang PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), yang ada di desanya.

Bagi Muhammad, memulung merupakan gerbang untuk mewujudkan cita-citanya, naik haji bersama ibunda. Pria berusia 40 tahun itu tak keberatan jika harus mengais sampah yang berserakan di jalan atau di dalam tong-tong sampah. Sampah-sampah itu nantinya dijual ke bank sampah.

Bangga!

Meski masih banyak orang menilai pemulung adalah pekerjaan hina, namun Muhammad bangga akan profesinya. Sudah lebih dari 3 tahun dia memulung.

"Pekerjaan ini (pemulung) halal dan saya dapat pahala bisa menjaga kebersihan, saya ingin membanggakan orangtua saya dengan cara naik haji," kata Muhammad kepada Liputan6.com.

Awalnya, dia berniat ingin menjadi pekerja di PT Newmont Nusa Tenggara. Namun gagal karena ijazahnya hanya sampai SMA saja.

Siapa sangka, Muhammad bisa mendapatkan hasil lumayan dari pekerjaannya sebagai pemulung. Setidaknya Rp 100 ribu bisa dikantongi setiap hari dari hasil penjualan sampah. "Kalau banyak besi, saya bisa dapat Rp 120 ribu sehari, kalau botol plastik saja biasanya Rp 80 ribu," ucapnya.

"Saya bayar kost Rp 200 ribu, saya juga ada tabungan di bank. Dan tabungan itu nantinya saya mau pakai untuk naik haji bersama ibu saya." (Ismoko Widjaya)