Sukses

Mencari Boeing di Langit Vietnam

Pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines hilang saat mengudara. Penumpang dari 14 negara tak diketahui nasibnya.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta: Pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines hilang saat mengudara! Kabar mengagetkan itu muncul Sabtu (8/3/2014) pagi dan terus menjadi pusat pemberitaan sepanjang hari di seluruh dunia.

Dalam penjelasannya, pihak Malaysia Airlines mengaku hilang kontak dengan salah satu pesawatnya yang menempuh rute Kuala Lumpur menuju Beijing, China. Pesawat yang mengangkut 227 orang penumpang dan 12 kru itu menghilang dari pantauan Pengendali Ruang Udara Bandara Subang, Malaysia pukul 02.40 waktu setempat atau Sabtu dini hari.

Masih menurut maskapai itu, pesawat dengan nomor penerbangan MH370 diduga hilang saat berada di wilayah udara Vietnam. Pesawat tersebut juga tak sempat memasuki wilayah udara China dan tak melakukan kontak dengan pengendali udara negara itu.

Sementara pejabat Angkatan Laut Vietnam mengatakan bahwa pesawat  diduga jatuh ke laut dekat Pulau Tho Chu dan Pulau Phu Quoc. Menurut Laksamana Ngo Van Phat, Komandan Region 5, pesawat jatuh ke laut, tepatnya 153 mil di selatan Pulau Phu Quoc.

"Saat ini tidak ada kapal angkatan laut Vietnam di daerah itu sehingga kita harus mengirimkan perahu dari Pulau Phu Quoc untuk upaya penyelamatan," kata Laksamana Ngo Van Phat.

Namun, belum jelas bagaimana sang laksamana tahu di sanalah pesawat jatuh. Sementara, aparat Vietnam mengaku mendeteksi sinyal terakhir pesawat yang hilang itu di lepas pantai barat daya Vietnam atau di atas Laut Cina Selatan, 225 kilometer barat daya Provinsi paling selatan, Ca Mau.

Ketika misteri hilangnya pesawat ini terus berlanjut, pihak Malaysia Airlines mengumumkan bahwa penumpang yang dibawa pesawat itu berasal dari berbagai negara, namun mayoritas adalah warga China.

"Pesawat Malaysia Airlines yang hilang mengangkut 152 warga China, 38 Malaysia, 12 Indonesia, dan 7 Australia," tulis Malaysia Airlines dalam pengumuman resminya.

Selain itu juga ada 3 warga AS, 3 warga Prancis, dan masing-masing 2 penumpang dari Selandia Baru, Ukraina, dan Kanada. Ditambah masing-masing 1 penumpang dari Italia, Taiwan, Belanda, dan Austria.

Namun, data tentang jumlah WNI yang berada di pesawat itu kemudian diralat. Pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan informasi yang diterima mengatakan jumlah WNI yang ada di manifest penerbangan tidak sebesar itu. "Informasi terakhir jumlah WNI adalah 7 orang, bukan 12," kata Juru Bicara Kemenlu, Michael Tene kepada Liputan6.com.

Maskapai Malaysia Airlines dalam rilis terbarunya juga mengumumkan bahwa 227 penumpang pesawat MH370 yang hilang kontak itu berasal dari 14 negara. Pengumuman ini meralat pernyataan sebelumnya yang tidak menyertakan 5 orang warga negara India.

Malaysia Airlines juga menegaskan, warga negara Indonesia yang ada di dalam pesawat berjumlah 7 orang, bukan 12 seperti yang disebut sebelumnya.

"Hal tersebut disebabkan kebingungan membedakan antara kode negara Indonesia dan India," tulis pernyataan Malaysia Airlines yang dirilis di lamannya.

Dari daftar manifes MAS penerbangan MH370, kode untuk negara India dan Indonesia memang beda tipis. Indonesia ditulis dengan kode (IDN) sedangkan India (IND).


Negara Asal Penumpang Terus Menjaga Asa

Seiring terus berjalannya waktu yang tanpa perkembangan berarti atas hilangnya pesawat tersebut, kepanikan melanda Bandara Internasional Beijing, China. Kepanikan terjadi seiring dengan pengumuman dari pihak bandara yang meminta keluarga dan kerabat penumpang untuk berkumpul.

Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Qin Gang mengaku pihaknya mengkhawatirkan nasib warga negara China yang berada di dalam pesawat. "Kami berusaha terus menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengeceknya," kata dia.

Perasaan kalut juga diungkapkan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi yang mengaku deg-degan. "Itu jelas kabar buruk. Kami berharap siapa pun yang ada di pesawat selamat," ujarnya.

Tak hanya di Beijing, kepanikan juga melanda Bandara Kuala Lumpur, Malaysia. Sejumlah kerabat korban terus berusaha mencari kepastian kabar kerabat dan keluarga mereka.

Sementara Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Khairy Jamaluddin meminta semua pihak untuk tidak menyebarkan kabar burung tentang pesawat yang raib. Misalnya, yang mengabarkan bahwa pesawat mendarat di Nanning, China, yang ternyata tak betul.

"Berdoalah bagi para awak dan penumpang penerbangan MH370. Jangan berusaha menghibur atau menyebar rumor atau berita yang belum dikonfirmasi oleh MAS. Ini bukan kompetisi cepat-cepatan merilis berita. Ini terkait nasib dan nyawa manusia," kata dia di laman Facebook-nya.

Bahkan, tidak kurang dari Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak berusaha untuk menenangkan keluarga penumpang. Kepada otoritas setempat dia meminta semua cara dikerahkan untuk mencari pesawat terbang nahas tersebut.

"Perhatian penuh dan doa kami panjatkan untuk semua keluarga penerbangan MH370 itu. Saya meminta semua cara dikerahkan (untuk mencari)," tutur Najib.

Sementara di Indonesia, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa terus mengikuti perkembangan insiden ini dan telah memberikan instruksi kepada KBRI di Kuala Lumpur dan KBRI Beijing untuk mengambil langkah-langkah antisipatif yang diperlukan.

"Menteri Luar Negeri telah pula melaporkan perkembangan ini kepada Bapak Presiden RI untuk mendapat arahan lebih lanjut," tulis pernyataan Kemenlu yang diterima Liputan6.com, Sabtu malam.

Selain itu, KBRI Kuala Lumpur juga telah menempatkan pejabatnya di Kuala Lumpur International Airport untuk terus berkomunikasi dengan pihak Malaysia Airlines dan memfasilitasi keluarga penumpang.

"Kementerian Luar Negeri bersama KBRI Kuala Lumpur dan KBRI Beijing  terus memonitor upaya-upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk menemukan pesawat tersebut," lanjut pernyataan tersebut.


Pesawat Paling Aman dengan Pilot Terbaik

Terlepas bahwa musibah bisa menimpa siapa saja dan di mana saja serta dengan cara yang tak terduga, kejadian ini memang cukup mengherankan dilihat dari sudut pandang dunia penerbangan.

Pertama, pesawat Boeing 777-200ER yang hilang itu disebut-sebut sebagai salah satu pesawat paling aman di dunia. Pesawat yang memiliki ukuran jumbo ini paling efisien karena mampu menerapkan penggunaan 2 mesin jet sehingga mampu menghemat biaya untuk bahan bakar.

Boeing 777-200ER mampu terbang 7.250 mil non-stop dengan masing masing mesin memiliki daya dorong mencapai 33,8 ton. Selain kemampuannya untuk terbang jarak jauh dan mampu mengangkut penumpang lebih banyak, pesawat ini juga memiliki kargo yang cukup besar. Kurang dari sepertiga perut pesawat ini dikhususkan untuk bagasi.

Selama 19 tahun sejak Boeing 777-200ER diproduksi, tercatat baru 1 kali mengalami kecelakaan fatal pada Juli 2013. Ketika itu sebuah jet Asiana Airlines milik Korea Selatan mendarat di landasan pacu yang pendek di San Francisco, Amerika Serikat. 3 dari 307 penumpang meninggal dunia.

"Pesawat ini memberikan standar baru dalam hal efisiensi dan keamanan. 777 merupakan salah satu pesawat yang paling aman dari sekian pesawat jet yang diproduksi di dunia," kata konsultan penerbangan Teal Group, Richard Aboulafia.

Malaysia Airlines kini memiliki 15 Boeing 777-200ER dari total armadanya 100 pesawat. Pesawat paling baru adalah yang diproduksi pada 13 Desember 2004.

Sementara khusus untuk pesawat dengan nomor penerbangan MH370 yang hilang itu, disebutkan telah mengarungi angkasa selama lebih dari 20 ribu jam di 12 tahun usianya. Para ahli penerbangan menyebut itu sebagai sesuatu yang normal.

"Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines telah memiliki 20.243 jam terbang sebelum insiden hari ini," demikian disampaikan juru bicara maskapai Malaysia Airlines.

Terkait itu, beberapa pilot di Hong Kong, masing-masing dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, mengatakan bahwa jumlah jam terbang itu untuk Boeing 777 berusia 12 tahun adalah normal. Menurut CAPA Centre for Aviation, usia rata-rata pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines adalah 14,3 tahun.

Otoritas Malaysia Airlines juga membantah klaim bahwa pesawat yang hilang kehabisan bahan bakar dalam penerbangannya. CEO Malaysia Airlines, Datuk Ahmad Jauhari Yahya mengatakan, MH370 memiliki cukup bahan bakar untuk terbang sampai pukul 08.30 atau 2 jam lebih lama dari jadwal pendaratan pukul 06.30 waktu setempat.

Kedua, pesawat nahas ini dikendalikan oleh kapten pilot senior Zaharie Ahmad Shah (53). Pilot ini diketahui memiliki karier penerbangan yang baik dengan hampir 20 ribu jam terbang, yaitu 18.365 jam terbang. Pilot berkebangsaan Malaysia itu telah bergabung dengan Malaysia Airlines sejak 1981.

Dia didampingi kopilot berusia 27 tahun dengan rating B-777-200, Fariq A Hamid (27), dengan jumlah 2.763 jam terbang dan bergabung dengan maskapai penerbangan Malaysia itu sejak 2007.

Dengan semua catatan itu, mestinya Boeing 777-200ER dengan nomor penerbangan MH370 adalah pesawat dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang tinggi. Apalagi Malaysia Airlines bukanlah maskapai kemarin sore yang punya catatan negatif di dunia penerbangan.

Karena alasan itu pula, terlalu dini untuk berspekulasi tentang penyebab hilangnya pesawat tersebut. Langkah yang bijak tentu saja membiarkan pihak berwenang bekerja dengan segala upaya yang ada untuk menemukan pesawat tersebut. Selebihnya, kita serahkan pada Yang Maha Kuasa.