Liputan6.com, Banyumas - Gunung Slamet di Purbalingga, Jawa Tengah terus melakukan aktivitas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut, selama 8-10 Maret lalu, terjadi 441 kali gempa embusan dan 9 kali gempa vulkanik dangkal.
Selain itu, semburan debu vulkanik juga sempat keluar dari kawah gunung yang memiliki ketinggian 3.432 meter itu. Dari 6 desa yang berada di zona rawan, 3 desa di antaranya mengalami hujan abu vulkanik, yakni Gandatapa, Siakapat dan Limpakuwus.
"Kalau di Kotayasa belum ada laporan turunnya hujan abu. Tapi kalau suara dentuman keras memang sempat terdengar, Minggu (9 Maret 2014) malam sekitar pukul 22.00 WIB," kata Sureto, Sekretaris Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2014).
Semula, lanjut Sureto, warga mengira suara itu adalah suara halilintar karena saat itu sedang turun hujan. Kendati, pihak desa langsung berkoordinasi dengan bagian terkait untuk mengantisipasi jika terjadi bencana. Kotayasa terdiri dari 3 dusun yakni, Kotayasa, Genting dan Glempang.
Hujan abu juga terlihat Senin 10 Maret sore sekitar pukul 18.00 WIB. "Hujan abu terlihat saat magrib. Tidak terlalu tebal dan tidak lama," tambah anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana), Sukarjan.
Selain hujan abu, semburan debu vulkanik juga terlihat lebih jelas dari Limpakuwus. Interval semburan terjadi setiap 3 jam sekali. Minggu 9 Maret malam sekitar pukul 21.00 WIB, sudah terlihat tanda-tanda kepulan asap hitam dari puncak Gunung Slamet.
"Terakhir Senin malam pukul 21.00 WIB ada semburan abu vulkanik tanpa suara. Berdasarkan koordinasi dari rekan Tagana lain di Sikapat dan Gandatapa, juga terlihat semburan dari puncak tanpa suara," ujar dia. (Ismoko Widjaya)
Baca juga:
Advertisement