Liputan6.com, Jakarta Pukul 05.00 WIB, Saski Kirana Nur Wahyuni yang biasa disapa Ina siap berangkat ke sekolah. Sang nenek, Halimah juga harus bersiap. Karena Halimah-lah yang harus menggendong Saski.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV dalam Pantang Menyerah, Rabu (12/3/2014), bocah kelas 4 SD ini menderita penyakit polio. Sehingga tiap hari harus digendong neneknya berangkat sekolah.
Jarak yang harus ditempuh sang nenek dari rumah ke sekolah sangat jauh. Setiap hari ia dan cucunya berjalan naik-turun bukit sejauh 5 kilometer. Perjalanan ini biasanya ditempuh dalam waktu 1 jam.
Halimah selalu mengaku kuat. Tapi Saski tahu, sang nenek sesungguhnya lelah. Bobot Saski belasan kilogram pasti berpengaruh pada kondisi sang nenek yang telah berusia 60 tahun.
"Nenek mah sekuatnya saja. Kalau masih kuat ya terus berjuang, tidak akan berhenti. Sekarang masih kuat. Sampai Ina kelas 6 atau sampai SMP juga masih kuat. Asal diberi kesehatan oleh Gusti Allah" kata Halimah.
Halimah tidak bergeming. Semua dilakukannya demi cucu tercinta. Ia berharap cucunya menjadi gadis yang pintar dan bisa terus sekolah hingga tinggi.
"Saya ingin Ina pintar seperti gadis lainnya. Sambil berdoa pada Gusti Allah, agar banyak yang sayang pada Ina. Kalau bisa, Ina sekolah sampai SMA. Kalau untuk kuliah, biayanya dari mana? Semangatnya sih besar! Mengaji saja tidak mau bolos," harap Halimah.
Setelah mengantar Saski masuk kelas, Halimah menunggu di luar kelas hingga sekolah usai. Bagi Saski, sang nenek tiada duanya.
Keyakinan sang nenek terbalas. Saski selalu berprestasi meraih peringat atas di kelas. Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa Inggris jadi favoritnya. Saski juga pernah mewakili sekolahnya mengikuti Olimpiade IPA se-Kabupaten Sumedang.
Di sekolah, gadis cilik yang hobi membaca ini jadi teman yang dihargai dan menyenangkan. Sepulang sekolah, Saski biasanya membantu anak-anak kecil tetangganya belajar. Jiwa guru tampaknya sudah tumbuh.
Saski lahir di Sumedang 11 tahun lalu. Saat belajar berjalan, Saski kecil sering jatuh. Karena keterbatasan biaya, pengobatan Saski terpaksa sekadarnya saja.
Saat berusia 7 tahun, kedua orangtua Saski berpisah. Sang ibu menjadi pembantu rumah tangga di Bandung. Sementara Saski diasuh sang nenek.
"Bukan kemauan dia seperti ini. Tapi sudah diberi oleh Gusti Allah. Harus begini. Kalau anaknya sih tidak sedih walau terkadang suka meneteskan air mata," cerita Halimah menguatkan diri.
Een Sukaesih, seorang guru dan tokoh di Sumedang yang dikenalnya dari televisi menjadi panutan Saski. Een yang telah 28 tahun lumpuh tapi pantang menyerah sebagai guru, menjadi inspirasinya. Dengan pikiran kanak-kanaknya dan kasih sayang neneknya, Saski siap berjuang menggapai cita-citanya menjadi guru. (Shinta Sinaga)
Lihat juga:
[VIDEO] Susanti, `Alumni` Panti Jadi Juragan Bridal
[VIDEO] Perjuangan Bocah SD untuk Menghidupi Keluarganya
Advertisement