Liputan6.com, Jakarta - Masuknya ribuan perambah liar untuk membuka lahan perkebunan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bukit Batu, Riau, tak luput dari keterlibatan petinggi desa di sana. Kepala Desa, Kepala Dusun, Ketua Rukun Tentangga (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) diduga menjual lahan Cagar Biosfer dengan harga murah.
Untuk 2 hektar tanah, petinggi desa mematok harga Rp 14 juta sampai Rp 15 juta. Tak ayal, eksodus perambah liar berebut membeli tanah. 1 orang, bisa mempunyai tanah dari 15 hektar sampai 300 hektar di Cagar Biosfer.
Hal tersebut terungkap dari ditangkapnya 5 perambah liar Cagar Biosfer oleh Satgas Penegakan Hukum Penanggulangan Asap Riau. Kelimanya berinisial Th, Tg, Ad, Rb dan Es.
Kelimanya mengaku membeli tanah Cagar Biosfer melalui pria berinisial Sf. Kemudian dihubungkan dengan Kades, Kadus, RT dan RW. Setelah bersepakat masalah harga, para petinggi desa membuat Surat Pernyataan Ganti Rugi (SPGR).
"Jadi, bukan Surat Keterangan Tanah (SKT) atau Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) yang kami terima. Hanya SPGR itulah dasar kami menggarap lahan dan menanam sawit dilahan Cagar Biosfer," kata Th di Pekanbaru, Riau, Kamis (20/3/2014).
Dijelaskan Th, ia hanya mempunyai 16 hektar lahan di Cagar Biosfer. 2 Hektar dibeli Rp 14 juta. Uang diserahkan ke Kades, sedangkan petinggi desa lainnya mendapat Rp 1,5 juta per orang.
Menurut Th, setiap pendatang bisa membeli tanah asal ada uang. "Jadi, kami tidak salah menggarap lahan di Cagar Biosfer. Kami sudah membeli lahan di sana," ujarnya.
Sementara Tg menyebutkan, beberapa karyawan perusahaan besar dan pejabat daerah lainnya juga punya tanah di Cagar Biosfer. "Ada yang punya 200 hektar dan ada juga mempunyai 300 hektar. Tergantung uang yang dipunyai," jelas Tg.
Sejauh ini, Satgas Penegakan Hukum Penanggulangan Asap sudah menangkap belasan perambah liar di Cagar Biosfer. Modus dilakukan perambah dengan membakar hutan, menebang, kayu dan membuka kebun sawit.
Sejak kebakaran hutan dan lahan melanda Riau, kawasan Cagar Biosfer merupakan wilayah penyumbang asap terbesar di Riau. Ribuan perambah membakar hutan. Akibatnya, ribuan hektar Cagar Biosfer berubah menjadi abu. (Ismoko Widjaya)
Baca juga: