Sukses

Batan Tertantang Bangun Instalasi Nuklir

Salah satu penyebab dengan belum terealisasinya pembangunan PLTN yaitu letak georgrafis Indonesia yang berada di ring of fire.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menggelar seminar bertajuk, "Seminar on Understanding the Fukushima Nuclear Accident & its Recovery Efforts". Acara yang digelar di Universitas Pancasila, Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu bertujuan untuk mengetahui bagaimana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.

Kepala Pusat Pengkajian Sistem Energi Nuklir Batan, Yarianto Sugeng Budi Santoso mengatakan, program pembangunan PLTN di Indonesia sebenarnya sudah direncanakan secara serius sejak 1985. Namun sampai saat ini rencana tersebut belum terealisasi.

Salah satu penyebab belum terealisasinya pembangunan PLTN yaitu letak geografis Indonesia yang berada di ring of fire dan rentan terhadap bencana gempa, gunung api, dan tsunami.

"Ini menjadi tantangan dalam membangun instalasi nuklir. Untuk itu kita perlu mempunyai pengetahuan yang komprehensif mengenai potensi tingkat bahaya dan bagaimana menetapkan desain yang mampu menanggulangi setiap ancaman tersebut," kata Yarianto dalam seminar di Jakarta, Kamis (20/3/2014).

Sebagai lembaga riset pada bidang nuklir, jelasnya, Batan telah mendukung program pemanfaatan nuklir untuk listrik di Indonesia. Batan juga hingga kini terus melakukan studi mengenai kelayakan pembangunan PLTN.

"Studi ini bermanfast bagi pemerintah dalam mempertimbangkan penempatan lokasi pembangunan PLTN dan sekaligus menjawab pertanyaan dari berbagai pihak apakah wilayah Indonesia layak dibangun PLTN," tambah Yarianto.

Di sisi lain, kata Yarianto, sumber listrik di Indonesia saat ini masih tergantung pada energi fosil seperti gas, minyak, dan batubara yang jumlahnya kian terbatas. Belum lagi, bahaya emisi efek rumah kaca dalam penggunaan energi fosil.

"Hal ini semakin menguatkan pilihan untuk memanfaatkan EBT (Energi Baru Terbarukan) termasuk nuklir di dalamnya sebagai sumber energi," tukas Yarianto. (Muhammad Ali)