Sukses

Petugas Bandara Ungkap Uang Rp 2 Miliar Milik Walikota Palembang

KPK curiga uang tersebut diberikan untuk mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar.

Liputan6.com, Jakarta - Petugas keamanan Bandar Udara Sultan Badaruddin II Palembang, Sumatra Selatan, Ki Agus Muhamad Iqbal, mengaku menemukan uang Rp 2 miliar milik salah satu calon penumpang pesawat. Iqbal mengaku menemukan uang saat memeriksa tas para calon penumpang dengan sinar X pada Mei 2013.

Uang itu milik Walikota Palembang Romi Herton. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) curiga uang tersebut diberikan untuk mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar untuk pemenangan sengketa Pilkada Kota Palembang.

"Waktu saya tanya travel bag berisi uang itu ada orang yang menjawab. Saya tanya uang untuk apa sebanyak itu, pria itu menjawab uang itu untuk beli alat berat," kata Iqbal saat bersaksi dalam persidangan Akil Mochtar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis malam (27/3/2014).

Menurut Iqbal, keberadaan tas berisi uang Rp 2 miliar itu langsung dilaporkan pada komandan regunya. Dari komandannya diketahui bahwa pembawa tas itu Sekda Kota Palembang Uchok Hidayat.

Namun, Uchok tetap diperkenankan berangkat. Rombongan Uchok sendiri terdiri dari 4 pria. Iqbal mengaku tak kenal 3 orang lainnya. "Setelah itu saya tidak tahu lagi, karena saya kembali menjaga X-Ray. Danregu saya yang amankan itu," jelas Iqbal.

Selain Iqbal, Jaksa pada KPK juga menanyakan hal sama kepada petugas keamanan Bank BPD Kalimantan Barat, Heri Purnomo. Heri mengaku di tanggal yang sama ada beberapa orang pada malam hari mendatangi kantor BPD Kalbar Cabang Jakarta di kompleks Mangga Dua Mall.

Namun, Heri mengaku tidak mengenal dekat, tapi mengetahui jika salah satunya adalah Muhtar Effendi yang juga disebut-sebut sebagai orang dekat Akil. Muhtar diketahui sering bertemu Pimpinan Bank BPD Kalbar Iwan Sutaryadi.

Menurut Heri, Muhtar bersama seorang perempuan berjilbab dan beberapa pria membawa travel bag ke dalam kantor. "Setelah itu mereka ke teller. Dalam tas itu ada uang yang jumlahnya banyak. Ada pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu," ujar Heri.

Ternyata tak hanya pada hari itu, Heri mengaku Muhtar juga datang pada Juli 2013. Setelah keluar dari kantor, Muhtar selalu membawa kardus yang berukuran sedang. Tetapi Heri mengaku tak tahu isi kardus tersebut.