Liputan6.com, Pontianak - Ratusan pasang mata tertuju pada satu titik. Adegan demi adegan tak terlewatkan. Cerita tentang gaya hidup Banyu dan Elektra digelar. Film kartun berdurasi 10 menit itu menjadi inspirasi bagi para pelajar SD Mujahidin Kota Pontianak. Sebuah upaya mengajak anak-anak usia sekolah bergaya hidup ramah lingkungan.
Film tersebut berkisah tentang Banyu yang boros menggunakan listrik. Sadar gaya hidup semacam itu tak ramah lingkungan, dia pun diajak oleh Elektra untuk melihat penggunaan listrik di lingkungan desa. Banyu sadar menghemat penggunaan listrik sangat penting demi menjaga kelestarian alam.
“Ayo adik-adik, mulai dari sekarang kita jaga lingkungan. Kita mulai dari diri sendiri. Kalau mau ke sekolah, jangan lupa matikan lampu kamar. Bawa minum pakai tumbler. Bisa...?” seru Ratna dari Himpunan Mahasiswa Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, Sabtu (29/3/2014).
Himabio adalah salah satu komunitas yang ikut lebur dalam Gerakan Earth Hour Pontianak. Ratna, didampingi Habil dan beberapa anggota Komunitas EH Pontianak kemudian menjelaskan kepada siswa-siswi tentang pentingnya menghemat kertas, membawa tumbler ke sekolah, membuang sampah pada tempatnya, dan hemat listrik. “Apakah ini bisa dilakukan sehari-hari?” pekiknya seraya disambut seruan serupa dari para siswa, “Bisa...!”.
Setelah itu, tim Gerakan Earth Hour Pontianak pun berkolaborasi dengan para siswa melakukan aksi bersih-bersih halaman kelas. Mereka secara sukarela memungut sampah yang ada di sekitar sekolah.
Aksi School Campaign di SD Mujahidin Kota Pontianak adalah salah satu bagian dari rangkaian kampanye hemat energi dan pelestarian lingkungan. Kampanye tersebut berisi ajakan gaya hidup hemat energi sejak dini kepada anak-anak.
Kalimantan Regional Leader WWF Indonesia, Hermayani Putera menjelaskan, Earth Hour punya nilai penting dalam membentuk kesadaran publik untuk hidup hemat energi dan ramah lingkungan. Terlebih lagi jika gerakan ini berskala global. Diharapkan agar upaya hidup hemat energi dan ramah lingkungan dapat dilaksanakan lebih banyak orang.
Untuk mendukung tujuan tersebut, kata Hermayani, kerja sama dengan lembaga pemerintahan menjadi salah satu strategi penting. Karenanya, Earth Hour selaluberkoordinasi dengan pemerintah kota dan badan-badan pemerintahan.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, pun telah memberikan dukungannya agar Earth Hour dapat memberi inspirasi positif kepada seluruh masyarakat Pontianak untuk memulai pola hidup hemat energi.
Malam selebrasi Earth Hour akan dilaksanakan pada Sabtu malam, 29 Maret 2014 di Tugu Degulis Universitas Tanjungpura Pontianak yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Pontianak Tenggara.
Gerakan Earth Hour Pontianak tahun ini mengusung konsep daur ulang. Terdapat seni instalasi dengan memajang foto-foto bertema lingkungan. Foto-foto tersebut dipajang di bawah payung kecil yang menjadi simbol perlindungan alam. Sebagai bahan penerang, akan digunakan pelita yang berbahan dasar minyak jelantah.
Baca juga:
Advertisement
Aksi 1 Jam Matikan Listrik, Beban Listrik Jakarta Turun 1.800 Mw