Liputan6.com, Jakarta "Titip Nur. Nek ono sing seneng, Nur seneng, dinikahke. Ojo ngenteni aku. (Titip Nur. Kalau ada yang melamar, Nur suka, dinikahkan saja. Jangan menungguku)."
Begitu pesan Satinah. Menitipkan Nur Afriana, putri semata wayang berusia 20 tahun dan baru saja masuk kuliah.
Pesan disampaikan Satinah kepada sang kakak, Paeri Al Ferry, seperti dituturkan istri Paeri, Sulastri. Satinah menelepon Paeri dari penjara Arab Saudi pada Minggu 23 Maret 2014. Jatah menelepon keluarga atau kerabat hanya sekali sebulan.
Sedangkan hidup Satinah sudah di ujung tanduk. Tinggal menghitung hari...
Satinah binti Ahmad Jumadi, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini didakwa membunuh majikan dan mengambil hartanya. Dia terancam hukuman pancung pada 3 April 2014.
Ia mengakui perbuatannya di Pengadilan Buraidah, Arab Saudi. Telah dipenjara sejak 2009. Divonis pada 2011. Telah mengalami 3 kali penangguhan hukuman mati pada Desember 2011, Desember 2012, dan Juni 2013. Keluarga korban meminta diyat atau uang darah atau uang pengganti nyawa Rp 21 miliar.
Tiada daya menyediakan diyat, Satinah punya cara sendiri untuk menghitung hari-hari di dalam penjara. Apalagi kian mendekati hari eksekusi. Semakin khusyuk beribadah. Juga rajin menghafal kitab suci Alquran.
"Ibu Satinah itu sangat tegar dan sekarang hafal 18 juz Alquran. Dia juga terlihat ikhlas badannya pun sekarang gemuk," ungkap Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Gatot Abdullah Masykur yang pernah mengunjungi Satinah di Penjara Huraidah, Arab Saudi.
Galang Dana
Per 25 Maret 2014, Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar menuturkan baru terkumpul Rp 11 miliar. Berarti masih kurang Rp 10 miliar. Berbagai lapisan masyarakat pun menggalang dana. Begitu juga artis seperti Melanie Subono, Charly Setia Band, Cinta Penelope, dan Julia Perez.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar meminta masyarakat tidak panik. Apalagi terkesan banyak uang. Bisa-bisa memancing harga diyat naik.
Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) Hikmahanto Juwana mengingatkan, diyat merupakan tanggung jawab keluarga Satinah, bukan pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah hanya bisa mengawal proses hukum, termasuk mencarikan pengacara hingga pelaku menjalani masa hukuman.
"Uang diyat yang dibayar oleh pemerintah akan menjadi preseden buruk. Uang yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan dan memberi kesejahteraan rakyat tidak seharusnya digunakan untuk membayar pemerasan melalui lembaga diyat," ucap Hikmahanto.
Ikhtiar SBY
Keluarga Satinah ditemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Gumaya, Semarang, Jawa Tengah, Minggu 30 Maret 2014. Ada 3 TKI lainnya yang terancam hukuman mati, yakni TKI Siti Zaenab bin Duhri Rupa, TKI Tuti Tursilawati bin Warzuki, dan TKI Karni bin Medi Tarsim. SBY juga sekaligus menemui keluarga ketiga TKI tersebut.
"Pemerintah terus berikhtiar dan berupaya untuk meminta pengampunan dari Arab dan pemaafan dari keluarga korban," ucap SBY kepada keluarga 4 TKI.
SBY menyampaikan pemerintah telah membebaskan 176 TKI dari vonis hukuman mati di luar negeri karena kasus narkoba dan pembunuhan. Masih ada 246 TKI lagi yang masih harus diperjuangkan mendapat pengampunan.
"Itu bukan angka kecil, mengingat tidak mudahnya memberi ampunan pada satu orang saja. Diselesaikan secara baik tanpa kegaduhan, apalagi menjadi komoditas politik," kata SBY.
Putri dan kakak Satinah, Nur dan Paeri berterima kasih atas bantuan SBY. Keluarga 3 TKI lainnya mengucapkan hal serupa.
"Terima kasih bantuan Bapak Presiden. Mohon doa sebanyak-banyaknya," ucap Paeri, paman Nur.
Bertemu di Akhirat
Nur sudah ikut keluarga pamannya itu sejak kelas IV SD setelah Satinah berpisah dari suaminya.
"Kami tak henti-hentinya berdoa agar Satinah bisa segera pulang dengan selamat. Mudah-mudahan keluarga korban (Nura Al Gharib) bisa memaafkan agar Satinah bisa terhindar dari hukuman pancung," kata Sulastri, istri Paeri.
Satinah dikenal sebagai pribadi pekerja keras yang tak kenal lelah mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, terutama Nur putri kesayangannya agar bisa sekolah dan kuliah.
"Satinah juga sempat mengatakan, kita mungkin tidak bertemu di dunia, tapi pasti bertemu di akhirat. Insya Allah kalau niat kita baik, pasti dapat pertolongan," kenang Sulastri pada percakapan terakhir Satinah melalui telepon dengan Paeri 23 Maret lalu.
Nur sudah dititipkan kepada Paeri dan Sulastri. Satinah sudah menghimpun ketegaran dan keikhlasan. Menanti takdir yang segera tiba dalam hitungan hari.
Â