Liputan6.com, Jakarta - Kelompok separatis menembaki anggota penjaga perbatasan wilayah Indonesia-Papua Nugini. Akibat insiden itu, kini perbatasan tersebut ditutup.
"Pencarian pelaku masih komunikasi secara diplomatik. Pangdam melapor ke Panglima TNI dan nanti panglima meneruskan ke Kemenlu untuk jalur diplomasi," tutur Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman di Mabes AD, Jakarta, Senin (7/4/2014).
Budiman menjelaskan, pencarian pelaku tersebut harus menempuh jalur diplomasi. Karena pelaku penembakan melepaskan timah panas dari wilayah Papua Nugini, sehingga tentara tak bisa masuk ke wilayah itu tanpa izin resmi. "TNI berbuat salah itu bisa diekspos dunia internasional dan dunia bisa menekan kita."
"Itu salah satu bahayanya. Karena mereka menembak di luar perbatasan, di luar wilayah kita, kita nggak bisa masuk ke wilayah itu. Perintah saya memang kejar sampai dapat, tapi kemarin posisi nggak bisa seperti itu. Harus hati-hati dan gunakan strategi," tegas Budiman.
Menurut Budiman, pihaknya sudah menerima permintaan dari Panglima Kodam XVII/Cenderawasih (Pangdam) Mayjen TNI Christian Zebua terkait alutsista baru, yang berhasil dikembangkan bersama Universitas Surya. Alutsista tersebut rencanannya akan digunakan sebagai pengintai.
"Kodam XVII sudah meminta alat-alat baru ini beberapa buah, kodam perbatasan minta VHF dan open base transceiver station (BTS)," tutur Budiman.
Tak hanya 2 alat itu, Budiman juga mengatakan ada permintaan alat lain seperti flapping bird (alat berbentuk burung yang dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah) dan unmanned aerial vehicles autopilot atau pesawat tanpa awak.
Sabtu 5 April lalu, sempat terjadi baku tembak antara aparat keamanan dengan sekitar 40 kelompok sipil bersenjata. Korban dilaporkan berjumlah 3 orang yang diduga sebagai anggota kelompok sipil bersenjata. 1 Korban di antaranya tewas, 2 lainnya belum diketahui kondisinya.
Anggota Intelijen Kodim 1701/Jayapura Serma Tugino menjadi korban ini. Kini ia masih dirawat di Rumah Sakit TNI Marthen Indey, Aryoko, Kota Jayapura, Papua. Kapolresta Jayapura AKBP Alfred Papare juga menjadi korban, tapi tak serius. (Raden Trimutia Hatta)
Baca juga: