Liputan6.com, Jakarta Wilayah kabupaten Belu merupakan salah satu kabupaten yang langsung berbatasan dengan Negara Republic Democratic Timor Leste. Wilayah ini diduduki oleh 4 suku besar yang ada di wilayah yang dikenal sebagai suku bangsa Melus ini yakni suku Kemak, Bunak, Tetun dan Dawan. Ke empat suku Belu orang Timor ini mendiami wilayah kabupaten Belu secara aman dan damai dengan memegang teguh nilai-nilai budaya orang Timor.
Kehidupan nenek moyang orang Timor dewasa ini sebagai warisan sejarah terlihat dalam berbagai peninggalan sejarah yang masih alami. Salah satu warisan budaya leluhur orang Belu yang masih tersisa adalah benteng 7 lapis Makes yang terletak dibawah kaki gunung Lakaan kabupaten Belu propinsi NTT.
Benteng 7 lapis Makes terletak dibawah kaki gunung Lakaan. Disekitar benteng kuno itu terdapat pemandangan alam yang begitu memukau seperti padang sabana Fulan Fehan yang indah dan panorama perbukitan yang indah yang mampu membius pandangan mata.
Advertisement
Untuk mau menuju ke benteng Makes dibutuhkan sekitar 3 jam perjalanan dari kota Atambua, ibukota kabupaten Belu. Medannyapun cukup menantang karena harus melewati jalan yang cukup berbukit. Tempat ini cukup menarik dan sering dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas tertentu seperti fotografer yang ingin mengambil foto landscape atau komunitas pecinta alam yang ingin menapaki alam Lakaan yang masih cukup alami dengan vegetasi tumbuhan dan batu karang yang masih alami atau komunitas motor trail Belu yang ingin menapaki bebatuan Lakaan yang menantang.
Benteng Makes terdiri dari 7 lapis dinding batu yang cukup tebal. Dikatakan sebagai benteng 7 lapis karena jika ingin memasuki benteng ini terdapat 7 lapis batu batuan karang. Maksud dari 7 lapis ini merupakan lapisan untuk melindungi diri dari musuh. Benteng ini didirikan untuk warga sekitar orang Belu untuk melindungi diri dari serangan musuh khususnya kolonialisme Jepang, Belanda dan Portugis. Letak benteng yang berada diketinggian ini sebagai tempat yang aman untuk berlindung dari serangan musuh. Ditengah-tengah benteng Makes ini terdapat sebuah Ksadan atau tempat berlangsungnya perkumpulan adat. Ditengah-tengah benteng itulah warga berkumpul serta melakukan upacara adat atau berbagai acara.
Selain itu terdapat pula makam para raja dari wilayah setempat seperti makam raja Dirun yang sangat dihormati oleh warga setempat sebagai pahlawan. Benda- benda bersejarahpun masih tersimpan dan sudah cukup tua seperti menhir atau meja persembahan, kubur batu atau sarkopagus maupun tempat duduk raja yang terbuat dari batu yang usianya sudah cukup tua.
Selain itupun terdapat meriam tua yang merupakan peninggalan jaman Jepang sebanyak 2 buah yang terdapat didalam benteng. Pepohonan yang cukup tua masih dijaga dengan baik mengingat tempat tersebut masih dikatakan keramat dan angker. Wilayah hutan disekitar benteng makes dikatakan sebagai hutan adat yang masih dijaga dengan baik.
Wilayah Benteng Makes perlu mendapat perhatian dari setiap pihak demi meningalkan warisan budaya lokal kepada generasi berikutnya. Dari benteng kecil ini meninggalkan kisah sejarah yang menggemparkan dunia dimana pada perayaan sail komodo inipun tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata para sailer dari berbagai dunia. (kw)
Penulis:
Fransiskus Pongky Seran,S.Sos
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.Â