Liputan6.com, Jakarta Adanya mantan guru di Jakarta International School (JIS) yang ternyata predator seks anak buronan FBI disesalkan Pengamat Pendidikan, Arif Rahman.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (24/4/2014), Arif mengatakan mungkin kalau ini sekolah internasional dan merekrut tenaga asing harus ada investigasi dan rekrutmen yang dilakukan Kementrian Luar Negeri bersama-sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Polri juga mengaku selama ini hanya bekerja dengan interpol dan tidak dengan FBI sehingga tidak mengetahui bila William James Vahey ternyata mantan guru JIS.
Vahey yang pernah mengajar di JIS sejak 1992-2012 ini sepintas mungkin terlihat layaknya orang biasa. Tak ada yang pernah mengira ternyata ia seorang predator seks. Ironisnya Vahey bahkan bebas melanglang buana hingga ke beberapa negara dengan bertopeng menjadi guru.
Di balik profesi mulianya itu, Vahey justru menjerat satu per satu korbannya dari 9 sekolah, salah satunya di JIS. Korban vahey mencapai 90 anak-anak dari usia 12 hingga 14 tahun.
Vahey akhirnya ditemukan bunuh diri pada 21 Maret lalu saat FBI akan menggerebek rumahnya untuk mengambil memori komputer yang berisi foto-foto korbannya.
Orang seperti vahey tentu bisa berada di mana saja. Kebanyakan mereka tentu mengincar profesi yang bisa berdekatan dengan anak-anak seperti sekolah. Untuk itulah sekolah harus lebih berhati-hati saat merekrut tenaga pekerjanya.
Terkait Vahey, Polri mengakui sejauh ini pihaknya bekerja sama dengan interpol dan imigrasi untuk mengawasi gerak-gerik pekerja asing yang mencurigakan.
Terungkapnya Vahey ini pula yang membuat Dirjen Paudni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan siang tadi kembali mendatangi JIS. Sayangnya pihak Kemendikbud yang selama ini selalu terbuka dengan media justru enggan berkomentar terkait pertemuan tertutup yang dilakukan dengan pihak JIS selama satu setengah jam itu.
(Shinta Sinaga)