Sukses

Protes Penutupan Gang Dolly di Hari Buruh Internasional

"Dengan ditutupnya lokalisasi bukan menyelesaikan masalah, malah menambah permasalahan. Karena akan banyak kasus pemerkosaan," ucap Apeng.

Liputan6.com, Surabaya - Sebanyak 30 ribu buruh dari se-Jawa Timur mengepung Gedung Negara Grahadi pada Hari Buruh Internasional alias May Day yang jatuh pada 1 Mei 2014 ini. Di antara para buruh itu terseliplah Paguyuban Pekerja Lokalisasi (PPL) yang menolak penutupan Gang Dolly.

"Kami tidak pernah merasa diajak ngomong oleh pemerintah. Pemerintah telah membangun opini publik yang seolah-olah dalam program pelatihan pemerintah berjalan lancar, padahal yang diikutkan dalam pelatihan tersebut adalah ibu-ibu PKK bukan PSK (pekerja seks komersial)," kata koordinator PPL, Guntur (30) di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jatim, Kamis (1/5/2014).

Apeng, anggota PPL lainnya pun bersuara. Dalam orasinya dia memprotes rencana penutupan Gang Dolly pada 19 Juni 2014 mendatang. Penutupan kawasan lokalisasi di Surabaya itu dinilai bukanlah jalan keluar untuk menghentikan kasus prostitusi.

"Dengan ditutupnya lokalisasi bukan menyelesaikan masalah, malah menambah permasalahan. Karena akan banyak terjadi kasus pemerkosaan," ucap Apeng.

Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengaku telah bertemu dengan perwakilan PPL. Dia berjanji, akan mengadakan sosialisasi mengenai kebijakan penutupan Gang Dolly ini.

"Setelah adanya kesepakatan sosialisasi tersebut, maka tuntutan tersebut akan saya sampaikan ke Walikota Surabaya," ujar Soekarwo.

Namun dia memastikan, Gang Dolly akan tetap ditutup. "Insya Allah, insya Allah."