Sukses

Kunjungi Istri Prajurit Perang, Panglima TNI Beri Nama Bayi

Panglima TNI Jenderal Moeldoko di tengah sidak ke Mako Kopassus, menyempatkan diri mengunjungi istri para prajurit yang ditinggal tugas.

Liputan6.com, Jakarta - Usai melakukan sidak atau inspeksi mendadak kesiapan prajurit Kopassus di Lapangan Utama Mako Kopassus, Jakarta Timur, Panglima TNI Jenderal Moeldoko beserta rombongan berkeliling ke rumah dinas prajurit yang ada di kompleks Mako Kopassus. Rombongan tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah dinas.

Moeldoko lalu menyambangi rumah yang di pintu masuknya bertulis Langgeng PS. Ternyata di dalam rumah itu ada seorang penghuni wanita. Perempuan berkerudung coklat dengan pakaian berwarna pink itu bernama Devi Langgeng. Moeldoko menyempatkan berbincang dengan perempuan hamil itu.

Moeldoko menanyakan nama suami dan lokasi tugasnya. Jenderal bintang 4 itu lalu meminta Devi menghubungi sang suami, Kapten Infantri Langgeng Pujut Santoso.

"Saya sedang bersama istri kamu. Saya sampaikan, istri kamu sebentar lagi akan melahirkan," kata Moeldoko kepada Langgeng saat melakukan komunikasi jarak jauh melalui Skype, Jumat (2/5/2014).  

Namun, Moeldoko meminta suami Devi agar tetap tenang menjalani tugasnya meskipun  tegah hamil tua. "Jangan khawatir, karena semua unsur komandan kamu memerhatikan. Jangan terganggu dengan kondisi di depan. Lanjutkan tugas. Salam untuk seluruh prajurit di sana," ujarnya.

Moeldoko lalu menawarkan diri kepada suami Devi memberikan nama kepada si jabang bayi. Ia memberi nama janin itu Chandraqa. "Saya beri nama Chandraqa. Artinya, senjata pamungkas. Untuk seterusnya silakan kamu komunikasikan dengan suamimu, ya," ucap Moeldoko kepada Devi.

Usai memberikan nama, Moeldoko bersama rombongan lalu meninggalkan rumah, menuju lokasi sidak selanjutnya ke Mako Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan.

Tak Ada HT, Ponsel Pun Jadi

Tiba di Mako Marinir di Cilandak sekitar pukul 09.55 WIB, Moeldoko bersama rombongan memilih turun di pos penjagaan terdepan. Namun ada hal membuat jenderal bintang 4 itu merasa miris.

Salah satu prajurit piket yang dihampiri Moledoko ternyata tidak dilengkapi alat komunikasi handy talky (HT). Hal itu diketahui saat Moeldoko meminta prajurit itu mengabarkan kepada pimpinannya, terkait kedatangan dirinya bersama rombongan.

"Tidak ada HT? Lalu kamu laporannya bagaimana?" tanya Moeldoko.

"Siap, dengan HP," jawab sang prajurit itu.

Moeldoko lalu meminta prajurit itu menghubungi sang komandan melalui ponselnya. Lantas, Moeldoko meminta komandan untuk mengumpulkan seluruh pasukannya. "Saya Panglima TNI. Sekarang jam 10 kurang 2 menit. Segera kumpulkan pasukan," ujarnya.

Tak lama kemudian, suara sirene berkumandang. Saat itu juga, kegiatan para prajurit berhenti dan mengenakan seragam perang, lengkap dengan peralatannya. Ribuan prajurit berbaris sesuai kesatuan mereka.

Dalam waktu kurang dari 20 menit, pasukan Infanteri 2 pun siap berbaris di lapangan. Dari mulai Batalyon Infanteri 2 Pasopati, Batalyon Infanteri 4 Candraca, Batalyon 6 Nanggala Artileri, Denjaka, hingga bantuan tempur. Tak ketinggalan, pasukan Kavaleri yang dilengkapi kendaraan taktis Marinir seperti tank amfibi BMP 3F dan LVT 7 juga pun telah siap.

Mereka mengikuti apel siaga yang dipimpin oleh Komandan Pasukan Marinir 2 Brigjen Marini Denny. Sedangkan, Moeldoko langsung memberikan arahan di hadapan ratusan prajurit marinir itu.

Moeldoko menilai, ketiadaan HT tidak lepas dari perkembangan zaman. Berbagai teknologi yang ada di dalam ponsel membuat HT sedikit terpinggirkan.

"Memang ada kelemahan sekarang ini, kelemahan handphone ini menjadikan kita kurang berkomunikasi dengan radio HT. Rata-rata sekarang sudah pakai handphone, padahal HT itu sebagai sarana penunjang," kata Moeldoko usai memberkan arahan kepada prajurit marinir.

Moeldoko menjelaskan, hal ini tentu menjadi perhatian dan bahan evaluasi untuk penyempurnaan. Sebab, alur komunikasi dari bawah ke atas harus berjalan baik.

"Pasti harus kita benahi dari depan ke belakang. Berita yang terjadi di depan harus segera ditransformasi ke komandannya yang paling atas, dan sampai pada yang paling bawah," lanjutnya.

Melihat kesiapan para prajurit dalam menghadapi kondisi darurat, Moeldoko menilai sudah cukup baik. Walaupun masih perlu berbaikan dan pembenahan agar bisa lebih baik. Prajurit terlihat sangat bersemangat, meski dengan segala keterbatasan.

"Tadi kalau yang tidak mengalir sebenarnya cuma satu, dari depan ke belakang. Tapi begitu ada perintah, langsung teng..teng.. teng.. teng sudah langsung nyambung. Itu saja satu hal yang perlu dibenahi," tandas Moeldoko. (Mut)

Video Terkini