Sukses

Tangani Kasus Pencabulan di JIS, Sekjen KPAI Diancam Dibunuh

Informasi yang beredar menyebut ancaman pembunuhan tersebut juga dilayangkan oleh orang asing.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda mengaku kerap diancam akan dibunuh saat menangani kasus dugaan kekerasan seksual di Jakarta Internasional School (JIS).

"Yang mengancam saya ada orang yang dikenal maupun orang tidak dikenal, ancaman itu tidak hanya melalui telepon atau pesan pendek melalui telepon genggam saya saja, tetapi ancaman itu ada yang langsung dengan cara mendatangi saya di kantor," ujar Erlinda di Jakarta, Minggu (4/5/2014).

Informasi yang beredar menyebut ancaman pembunuhan tersebut juga dilayangkan oleh orang asing, namun Erlinda tidak menjelaskan ciri-ciri orang tersebut. Tetapi hanya menyebutkan bahwa orang itu berkomunikasinya dengan Bahasa Inggris.

Walaupun banyak ancaman yang datang kepada dirinya bahkan hendak dibunuh, ia menyatakan tidak akan mundur dalam mengungkap kasus kekerasan seksual kepada para pelajar JIS.

Menurutnya, ia datang ke JIS bukan untuk mengobok-obok sekolah itu, tetapi untuk mencari siapa pelaku utama kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum karyawan JIS lainnya, walaupun saat ini pihak kepolisian sudah menangkap beberapa tersangka.

Namun, pihaknya yakin ada oknum intelektual JIS yang ikut berperan dalam kasus kekerasan seksual di JIS, karena dari penelusuran KPAI, para tersangka melakukan pelecehan seksual kepada pelajar JIS hingga berulang kali.

"Kami juga berterima kasih kepada pihak kepolisian yang selalu mendampingi kami dan kasus ancaman ini sudah saya laporkan ke Polda Metro Jaya. Adanya ancaman ini tidak akan membuat saya mundur, tetapi menambah semangat saya untuk membongkar kasus kekerasan seksual di JIS," tambahnya.

Erlinda juga mengapresiasi kinerja pihak kepolisian yang dengan cepat dan tanggap menyelidiki kasus di JIS dan bisa menjadi perhatian banyak pihak bahwa perlindungan untuk anak harus diperketat karena di sekolah saja anak-anak sudah tidak merasa aman apalagi di tempat umum lainnya.

"Maka dari itu kami meminta kepada pemerintah untuk membuat formula khusus dalam memberikan perlindungan kepada anak-anak," tukas Erlinda. (Ant/Mut)