Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa penganiayaan yang berujung pada tewasnya Renggo Khadafi (11) membuat orangtua murid lainnya was-was. Mereka tak ingin anaknya yang bersekolah di SDN Makasar 09 Pagi bernasib sama seperti Renggo.
"Ya khawatir lah. Was-was juga takut anak saya digituin (dianiaya) juga," kata salah satu orangtua murid, Ane saat menunggu anaknya di luar pagar sekolah, Senin (5/5/2014).
Karena kekhawatiran itu, dia memilih untuk mengantar, menunggu, dan menjemput putra kesayangannya. Hal itu pula yang dilakukan orangtua siswa lainnya. "Makanya saya antar, saya tungguin lah, ngeri juga kalau terjadi lagi," lanjutnya.
Ane menyarankan pihak sekolah memanfaatkan petugas keamanan untuk membantu mengawasi murid saat jam istirahat. Selain itu, para guru juga bergantian menjaga para murid. "Gurunya juga jangan semuanya kumpul di ruangan, istirahatnya gantian saja kan gitu," ungkapnya.
Puluhan orangtua murid dari berbagai kelas berkumpul di luar pagar sekolah. Mereka berbincang dengan sesama orangtua murid sambil menunggu anaknya yang sedang belajar. "Biasanya nggak seramai ini. Semuanya khawatir jadinya," kata dia.
Orangtua lainnya, Dian juga mengaku langsung mengambil keputusan untuk mengantar dan menjemput buah hatinya yang duduk di kelas II. Dia rela telat membuka toko kelontongnya.
"Jadi takut begitu tahu, terus ramai di berita. Nggak apa-apa deh buka warung agak siang, yang penting bisa lihat anak saya," ucap Dian.
Renggo Khadafi menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu 4 Mei. Menurut sang ibu, anaknya sempat bercerita soal penganiayaan yang dilakukan kakak kelasnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah sakit, korban mengalami pendarahan di mulut dan menderita banyak luka lebam. Bocah kelas V itu meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. (Mut)