Sukses

Menyesal Batal ke Bali, Tony Abbott Telepon SBY

Abbott menyampaikan harapannya dapat mengunjungi Indonesia dan bertemu SBY dalam rangkaian lawatan ke luar negeri pada Juni 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Australia Tony Abbott telah menelepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sedang menghadiri Konferensi Open Government Partnership (OGP) Region Asia Pasifik di Nusa Dua, Bali. Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengemukakan, dalam pembicaraan telepon sekitar pukul 14.00 Wita itu Abbott menyampaikan penyesalannya karena tidak dapat memenuhi undangan SBY untuk menghadiri Konferensi OGP.

"Presiden SBY menyatakan dapat memahami alasan ketidakhadiran PM Abbott di Bali tersebut, terkait pembahasan anggaran di parlemen," jelas Faizasyah, Selasa (6/5/2014).

Menurut dia, kedua kepala pemerintahan itu menyambut baik kemajuan dalam pembahasan code of conduct di antara kedua Menteri Luar Negeri dan berharap perjanjian tersebut dapat segera diselesaikan sehingga hubungan bilateral kedua negara dapat segera pulih dan dapat memasuki babak baru.

"Presiden SBY menegaskan harapannya agar Code of Conduct tersebut selambat-selambatnya dapat disepakati pada bulan Agustus 2014," ungkap Faizasyah.

Saat menelepon Presiden SBY, menurut Faizasyah, Abbott menyampaikan harapannya dapat mengunjungi Indonesia dan bertemu SBY dalam rangkaian lawatannya ke luar negeri pada Juni 2014. Keinginan Abbott ini disambut baik oleh SBY.

Oleh karena itu, lanjut Faizasyah, Menteri Luar Negeri dan Duta Besar masing-masing negara diminta agar melakukan berbagai persiapan dalam rangka kunjungan Abbott ke Indonesia tersebut. Selain itu, Abbott juga menjelaskan mengenai rencana pembentukan Pusat Kajian Indonesia-Australia di Melbourne, dan berharap Presiden SBY dapat mengunjunginya, baik sebelum ataupun sesudah masa jabatan SBY sebagai Presiden RI berakhir.

"Pembentukan Pusat Kajian Indonesia-Australia ini merupakan wujud apresaisi yang mendalam Australia atas rasa persahabatan yang ditunjukkan Presiden SBY dalam hubungan bilateral RI-Australia," jelas Faizasyah mengutip pernyataan yang disampaikan Abbot kepada SBY.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai ketidakhadiran Abbott pada Konferensi OGP di Nusa Dua Bali, tidak perlu dibesar-besarkan. "Ini urusan pemerintah Australia untuk menjelaskan (ketidakhadiran PM Abbott). Saya tidak mau berspekulasi. Saya bukan pembaca pikiran dan saya tidak pada posisi menjelaskan itu," kata Marty.

Dia menegaskan, yang penting sebagai tuan rumah, Indonesia sudah mengundang. Soal mereka yang diundang tidak datang, menurutnya itu masalah pilihan. Termasuk dengan tidak adanya penjelasan rinci  mengenai latar belakang ketidakhadiran Abbott pada pertemuan ini.

"Saya kira bukan sesuatu yang harus membuat kita menjadi bermasalah karena sekarang progresnya berjalan dengan baik," ujar Marty.

Mengenai kemungkinan adanya masalah di antara kedua negara terkait ketidakhadiran PM Australia itu, Marty menegaskan tidak ada konflik. Tapi diakuinya ada masalah yang harus dikelola.

Menurut Menlu, ada 2 masalah yang selama ini berusaha diselesaikan pemerintah kedua negara. Pertama, mengenai 6 langkah yang telah ditetapkan Presiden SBY tentang pascapenyadapan oleh lembaga intelijen Australia kepada pejabat pemerintah Indonesia beberapa waktu.

"Ini sesuatu yang sedang dikelola. Kami dengan Menlu Australia sedang duduk bersama menyusun yang dinamakan code of conduct (kode perilaku)," papar Marty.

Yang kedua, masalah pencari suka. Masalah pencari suaka ini, lanjut Menlu, dibuktikan dengan adanya pemulangan kembali secara paksa sejumlah pencari suaka.

"Ini kan membuktikan bahwa kebijakan pemerintah Abbott tidak berhasil," ujar Marty. (Mut)

Video Terkini