Sukses

Udar Pristono: Tidak Betul Semua Bus Transjakarta Berkarat

Hanya 14 bus Transjakarta yang berkarat dan itu sudah diperbaiki oleh vendor meski belum terjadi pembayaran.

Liputan6.com, Jakarta - Bekas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono bersikukuh bahwa proyek pengadaan bus Transjakarta dan pengadaan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) senilai Rp 1,5 triliun tak bermasalah.

Ia menjelaskan, dari 656 bus TransJakarta yang diadakan, sebanyak 125 sudah dilakukan serah terima antara Dishub dengan vendor. Sedangkan dari 531 bus yang saat ini mangkrak, diakuinya ada 14 bus yang berkarat.

"Dari 4 paket 125 sudah diserahterimakan dan diperiksa oleh BPK, itu bersih, sisanya 531 ada 14 yang berkarat, itu belum dibayar dan belum diserahterimakan. Dan vendor mau mengganti. Kalau diopinikan semua berkarat, itu tidak betul," kata Udar di Gedung Bundar Kejagung, Jakarta, Senin 12 Mei 2014.

Meski 14 bus berkarat, menurut Udar masih bisa dimanfaatkan dan tidak ada masalah. Bahkan, sepengetahuannya 14 bus berkarat itu sudah diperbaiki oleh vendor meski belum terjadi pembayaran.

"Itu sudah diperbaiki oleh pelaksana. Dan ini juga belum terjadi pembayaran. Oleh sebab itu saya sudah jelaskan, ini kan keluhannya masih tanggung jawab dari vendor, bahkan perawatannya satu tahun," paparnya.

Selain itu, disebutkan Udar bahwa hasil audit BPK terhadap proyek bus senilai triliuan rupiah itu sudah dikatakan bersih dan tidak ada masalah. "Insya Allah Ini menjadi dasar bukti dalam proses selanjutnya," katanya.

Kini, keberadaan 531 bus yang belum beroperasi dan masih berada di Ciputat, diklaim masih dalam kondisi baik. Kalau memang dicurigai ada sesuatu yang disembunyikan, menurut Udar silakan saja minta pemeriksaan dari surveyor independen untuk mengetahui berapa besar penyimpangan yang dilakukan dan seberapa besar spek yang dilanggar.

"Kalau memang ada, pembayaran bisa disesuaikan, bukan berarti (bus) ini reject," ujar pejabat Pemprov DKI yang sudah ditetapkan Kejaksaan Agung sebagai tersangka ini.

Udar juga membantah bila dalam pengadaan bus tersebut terjadi penggelembungan harga. "Insya Allah tidak ada mark up, karena bus yang ditawarkan harganya dari Rp 5,8 miliar sampai Rp 6 miliar. Sedangkan ini Rp 3,6 miliar," katanya.

Selain itu, dia menegaskan bahwa bus yang didatangkan dari Tiongkok itu tidak semua komponennya berasal dari negara itu. Dia mencontohkan pada bagian transmisi yang didatangkan dari Amerika dan konektor untuk bis gandeng buatan Jerman dan beberapa komponen lain dari berbagai merek negara asing.

"Kalau memang ada yang dicurigai sesuatu, mohon teman-teman independen. Saya akan menjelaskan apa adanya," tandas dia.