Sukses

Udar Pristono Minta 531 Bus Sedang & Transjakarta Juga Diperiksa

"Jangan didiamkan. Kalau didiamkan nggak ada kejelasan. Kita harus fair."

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono yang kini menjadi tersangka pengadaan bus Transjakarta meminta Pemprov DKI dan sejumlah lembaga pemerintah yang berwenang turut memeriksa 531 bus Transjakarta yang dianggarkan dalam APBD 2014.

"Tolong lah, 531 bus itu kalau dicurigai periksa," ungkap Pristono di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Untuk mendukung itu, Pristono menyarankan agar PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) yang bergerak dalam bidang pemeriksaan, pengawasan, pengujian dan pengkajian ikut turun. Begitu juga dengan Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB) di bawah Kementerian Perhubungan.

"Turunkan sucofindo, balai, dan sebagainya. Jangan didiamkan. Kalau didiamkan nggak ada kejelasan. Kita harus fair. Kalau kita ragu, periksa lembaga netral. Sehingga terdapat hal yang betul clear," jelas Pristono.

Karena menurutnya, Dinas Perhubungan sebagai Pemegang Anggaran (PA) sudah melaksanakan pengadaan bus dengan lelang sesuai Perpres nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa serta Perpres nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua tas Perpres 54. Sehingga pihaknya tak mungkin menentukan merek barang.

Lagi pula, tambah dia, pengadaan dilakukan dengan lelang terbuka yang didalamnya ada pemerikasaan administrasi, teknis, dan harga.

"Yang bisa memenuhi itu lah yang menang. Prinsipnya lelang itu mendapatkan yang terbaik dengan harga termurah. Mau tidak mau. Kebetulan yang menang spesifikasinya sesuai dan harga paling murah," jelasnya.

Dari proses lelang itu, lanjut Pristono, kemudian diperoleh produk bus dari Tiongkok PT ANKAI dan dari Indonesia PT INKA. Meski produksi Tiongkok, Pristono mengatakan mesinnya merupakan juga produksi Korea dan Amerika. Begitu juga dengan transmisinya yang merupakan produk Amerika bermerek Allison. Serta konektor bus gandeng dengan merek Ikarus dan Hofner asal Jerman.

"Jadi China itu menggabungkan berbagai merek-merek terkenal. Bukan China melulu. Ini yang harus dijelaskan. Itu bisa kualitasnya sama produk luar. Jadi bukan China semuanya. Sifatnya merakit," jelas Pristono.