Sukses

Usai Nonton Film Jalanan, Ahok Terinspirasi Ubah Sistem Birokrasi

Ahok memberi contoh di salah satu scene dalam film itu, tentang si tokoh pengamen yang mendaftar ke KUA harus menunggu lama.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengajak sejumlah jajarannya nonton bareng film dokumenter berjudul Jalanan di Balai Kota DKI. Dari film yang mengisahkan kehidupan 3 pengamen jalanan itu, Basuki alias Ahok melihat fakta kurangnya kepedulian pemerintah terhadap masyarakat kelas bawah.

"Selama ini orang-orang di bawah mau bekerja tapi dia nggak tahu hubungannya gimana? Mesti kontak (rakyat-pemerintah). Pejabat itu tidak boleh kayak dewa nggak bisa dihubungi. Tuhan aja gampang, tinggal berdoa. Kadang-kadang bertemu pejabat susahnya minta ampun," ujar Ahok, Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Ahok memberi contoh di salah satu scene dalam film tersebut, tentang si tokoh pengamen yang mendaftar ke KUA harus menunggu lama untuk dapat dinikahkan. Sementara, di belakangnya terlihat ada staf yang berdandan dan ada pula yang sedang menelepon.

Lalu, lanjut Ahok, seorang tokoh di dalam film itu menyampaikan kalimat sindiran, 'Indonesia cinta saya nggak nih?' dan 'negeri ini punya siapa?'. Hal itu membuatnya terinspirasi mengubah sistem yang ada saat ini.

"Itu mau kita ubah sistem ini. Datang ngurus KTP ngurus apa, nggak ada orangnya. Yang lain ngerokok, main komputer, kan nyebelin. Jadi ini model-model ini yang mau kita pangkas. Pemerintah sama rakyat itu nggak ada hubungan," jelas Ahok.

Maka itulah, Ahok sengaja meminta si pembuat film itu, Daniel Ziv memutar filmya di Balai Kota, agar ditonton bawahannya. Ahok mengaku sengaja tak mengundang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, karena tak ingin masyarakat menilai Jokowi --yang saat ini mencalonkan diri sebagai capres menggunakan film sebagai media pencitraan.

"Kalau kita udah nonton film ini, kita masih nggak peduli sama masalah sosial di Jakarta, itu kita berarti keterlaluan. Nah, saya ingin menggugah semua, kamu rasain nggak sih ini film? Selama ini kita bekerja buat siapa? Cuma atas nama rakyat doang," tandas Ahok.

Film 'Jalanan' yang berdurasi 107 menit itu menceritakan keseharian Boni, Titi dan Ho yang sehari-hari mengamen di bus kota. Film ini menggambarkan dari dekat perjuangan mereka di belantara beton Jakarta, dengan gaya yang nyeleneh, dalam menyikapi tantangan hidup.

Namun di saat yang sama, memperlihatkan wajah ibukota yang garang, tapi sekaligus jenaka dan apa adanya. Pengambilan gambar berlangsung selama 4 tahun dan dilakukan oleh tim kecil di jalan-jalan ibukota.

Film ini terpilih menjadi film dokumenter Terbaik di Busan International Film Festival (BIFF) di Korea. Kemenangan ini adalah pertama kalinya untuk film Indonesia selama 18 tahun sejarah festival film di Busan.

"Film ini merupakan surat cinta saya terhadap Jakarta, sebuah kota yang permukaannya tampak garang, namun penuh dengan kehangatan, energi dan harapan. Sebuah kota yang tenggelam dalam korupsi dan ketidaksetaraan, namun dihuni oleh orang-orang dengan hati yang murni dan berbakat," ujar Daniel Ziv, Sutradara 'Jalanan', beberapa waktu lalu.

"Jalanan dibuat untuk memberi suara kepada yang tidak punya suara dan untuk membuat perjuangan masyarakat yang sehari-harinya terlupakan menjadi lebih personal," sambung Daniel.