Liputan6.com, Jakarta - Megawati Soekarnoputri kenyang asam garam kancah politik di Tanah Air. Betapa tidak, sejak tahun 1987, putri sulung mendiang Presiden pertama RI Soekarno ini sudah duduk sebagai anggota DPR. Bintang Mega kemudian melesat pada tahun 1993 hingga terpilih menjadi Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia.
Sejak itulah Megawati mengalami banyak goyangan politik dan tekanan dari penguasa Orde Baru hingga terjadi Kudatuli atau peristiwa 27 Juli 1996.
"Karena peristiwa 27 Juli saya berkumpul dengan anak-anak (kader muda). Mereka bertanya, `Apakah perjuangan akan diteruskan atau tidak?` Saya jawab, saya siap terus berjuang," tutur Ketua Umum PDIP itu saat memberikan sambutan saat Rakernas Nasdem di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (27/5/2014) siang.
Megawati kemudian mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjelang Pemilu 1999. Ia mengungkapkan bahwa mendirikan partai itu bukan untuk dirinya sendiri. "Membuat partai adalah untuk perjuangan. Itulah yang saya sering ucapkan kepada anak-anak di partai dan yang mau mendengar saya," ujar Megawati.
Perjuangan pun belum selesai. Menurut presiden wanita pertama di Indonesia, setiap elemen bangsa harus tahu dan sadar untuk bekerja. Ia sekaligus menyemangati Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla. "Saya yakin kalau rakyat gotong royong untuk Jokowi-JK, maka saya yakin kita akan menang," seru Presiden kelima RI tersebut.
Melewati berbagai peristiwa politik sebagai pelaku tentu menempa diri Megawati. Ia mengaku gerak-geriknya kerap diawasi penguasa, terutama melalui intel-intel yang disebar.
"Saya pernah bilang ke BIN (Badan Intelijen Negara). Saya bilang kalian alat negara jangan mencurigai anak bangsa sendiri. Jangan mengacu ke kekuasaan belaka," ucap Megawati.
"Di sini (acara rakernas) juga banyak intel. Kasihkan ke sana (laporannya)," gurau Megawati.
Megawati pun melontarkan anekdot mengenai intel Indonesia atau kerap disebut intel Melayu. "Intel Indonesia ini, sorry saya omong. Bawa koran digulung, biasanya ada pistol," kata Megawati. Penyamaran ini menurut Megawati kerap ketahuan. "Pak maaf korannya terbalik. Saking gugupnya baca koran terbalik," sindir Megawati.
"Bayangkan bila intel sudah bermain," imbuhnya. Megawati pun mengimbau intelijen bersikap netral dan jangan mengintimidasi rakyat.
Megawati Singgung 27 Juli dan Sindir Intel Melayu
Sebagai politisi senior, Megawati berbagi pengalaman di hadapan undangan dan peserta Rakernas Nasdem.
Advertisement