Liputan6.com, Semarang - Putri pengayuh becak asal Desa Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, membuat banyak orang berdecak kagum. Gadis 21 tahun itu menjadi lulusan terbaik pada upacara wisuda periode II/2014 Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,96.
Dia adalah Raeni. Meski mengaku sempat minder karena berasal dari keluarga tak berada, Raeni tak patah semangat.
Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan, berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai, yang sebagian disisihkan untuk diberikan kepada orangtuanya, Mugiyono dan Sujamah.
Gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu juga sangat aktif di kampus antara lain dengan menjadi Tenaga Laboratorium Asistenship Pendidikan Akuntansi FE Unnes dan Tenaga Laboratorium Asistenship Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes. Nilai 4 dalam IPK-nya seakan menjadi rutinitas sejak masuk kuliah. Menurut Raeni, manajemen waktu menjadi kunci suksesnya.
Putri kedua pasangan Mugiyono dan Sujamah selalu mendapat IPK cumlaude selama menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes. Raeni mengaku sangat mengatur waktu belajarnya bahkan ketika jeda pergantian jam mata kuliah.
"Kadang kalau ada materi yang belum dimengerti saya menghubungi dosen saat jeda jam kuliah. Jadi nantinya tidak hanya mendapat nilai saja tapi benar-benar mengerti," ungkap Raeni.
Meski belajar dan mengerjakan tugas menjadi prioritas saat kuliah, ia tetap menjaga komunikasinya dengan teman-teman. "Kalau jeda kuliah saya juga interaksi dengan teman, update info juga," kata saat ditemui di rumah kosnya, Jalan Kalimasada nomor 24, Semarang, Kamis (12/6/2014).
Penerima beasiswa Bidikmisi itu tidak hanya disiplin dalam hal akademik. Di kehidupan sehari-harinya di kos, Raeni tetap dikenal sebagai sosok disiplin oleh penghuni dan ibu kos. Ia selalu berusaha menjalankan Shalat berjamaah di Masjid seperti yang diajarkan orangtuanya.
Sejak kuliah ia nyaris tak pernah merepotkan kedua orangtua. Sejak semester 3, Raeni sudah berusaha mencari penghasilan tambahan dengan memberikan les private kepada murid SMA.
"Awalnya 1 murid, terus jadi 6 murid, dan Alhamdulillah semuanya lulus ujian," ujarnya.
Sosok Mugiyono yang sempat membuatnya minder, ternyata mampu membentuk Raeni berdisiplin, sportif, dan hidup sederhana.
"Bapak orangnya tegas, ketika saya salah ya harus mengaku salah. Bapak selalu mengarahkan supaya hidup sederhana," ungkap Raeni.
Putri Tukang Becak, Raeni Ubah Minder Jadi Prestasi
Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan, berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai.
Advertisement