Liputan6.com, Surabaya - Jelang penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, Jawa Timur, akses menuju Gang Dolly sudah diblokade, sehingga kendaraan pun tidak bisa masuk. Pemasangan bendera setengah tiang pun dilakukan sebagai bentuk protes mereka terhadap rencana Walikota Tri Rismaharini, yang akan menutup lokalisasi Dolly.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Rabu (18/6/2014), lokalisasi Dolly sudah berdiri sejak tahun 1960-an. Tidak hanya sekadar sebuah lokalisasi saja, namun bagi warga sekitar Dolly menjadi salah satu faktor penunjang perekonomian warga. Penutupan Dolly ini juga dikhawatirkan akan menutup perekonomian mereka.
Baca Juga
Namun ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan hidup. Seperti Sri Umiati yang telah membuktikannya.
Advertisement
Ia pernah menjadi mucikari di kawasan Dolly di tahun 1990-an. Terlilit utang menjadi alasannya terjun ke dunia hitam ini. Ia pernah memiliki 8 orang PSK (pekerja seks komersial) sebagai anak buahnya. Hasil sebagai mucikari ini setiap bulan dipergunakannya untuk melunasi utang di bank.
Saat utang lunas, Sri Umiati beralih menjadi pedagang telur. Belajar dari itu, ia menilai pemerintah kota terlalu terburu-buru menutup lokalisasi.
Pemerintah Kota Surabaya berencana menutup lokalisasi Dolly pada hari ini 18 Juni. Siapa tahu cerita Sri Umiati ini bisa mendorong mucikari dan PSK keluar dari dunia gelap prostitusi? (Ans)