Sukses

Gang Dolly Ditutup, Toko dan Kios Tutup

Rumah-rumah, toko dan kios di sekitar daerah lokalisasi itu juga bertutupan, berhenti beraktivitas.

Liputan6.com, Surabaya - Penutupan Gang Dolly berimbas pada lokasi di sekitarnya. Rumah-rumah, toko dan kios di sekitar memilih untuk tutup. Warga sekitar mengaku takut dengan aksi protes penutupan Dolly ini. Mereka khawatir ada kericuhan yang terjadi.

"Ya saya khawatir, Mas kalau terjadi kericuhan atau apalah, antisipasi saja ini saya tutup tokonya," kata salah satu pemilik kios rokok, Arifin di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/6/2014).

Sementara itu, ratusan warga Gang Dolly yang menolak penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu juga masih sibuk membakar ban dan menutup akses jalan sebagai pertanda protes. Mereka tergabung dalam Barisan Bintang Merah, Front Pekerja Lokalisasi (FPL), dan Komunitas Pemuda Indonesia (Kopi).

"Kami menolak penutupan dan deklarasi yang akan dilakukan pihak Walikota Surabaya," kata Koordinator FPL, Pokemon.

Menurutnya, langkah Pemkot memberikan uang sebesar Rp 5 juta kepada para PSK bukanlah jalan keluar. Pun begitu dengan pelatihan tata rias atau salon yang dijanjikan Risma. Dia menilai, pemerintahan Risma ini telah gagal total.

"Kami juga menuntut Pemkot Surabaya fokus tangani pengangguran yang juga jadi masalah sosial dan tak bisa dihentikan. Coba pikir apa nggak salah pemerintah memberikan pelatihan nyalon. Masak di desa, para Pak Tani pagi-pagi ke salon?," cetus Pokemon.

Pernyataan Pokemon ini pun diamini Anisa, koordinator tim advokasi FPL. "Entaskan dulu warga lainnya, jangan bicara entaskan lokalisasi, sejahterakan dulu rakyatnya, urusin saja rakyat yang belum dapat kerja, jangan warga sini," ucap Anisa.