Sukses

Dolly Resmi Ditutup Setelah 44 Tahun Berjalan

Gubernur Jatim Soekarwo dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kerja sama dalam suksesnya acara ini.

Liputan6.com, Surabaya - Lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yakni Dolly dan Jarak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, Rabu malam, akhirnya resmi ditutup.

Acara yang digelar di Gedung Islamic Center Surabaya itu dihadiri Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Gubernur Jatim Soekarwo, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua DPRD Surabaya Macmud, Kapolda Jatim, Kapolres Surabaya, anggota DPRD, Kepala SKPD Pemkot Surabaya, MUI, LSM, serta para pekerja seks komersial, mucikari dan warga sekitar Dolly.

"Yang harus dipertahankan adalah sesuatu hal positif, kalau tidak positif tidak perlu dipertahankan," kata Mensos Salim Segaf Al Jufri saat memberikan sambutan di acara Deklarasi Warga Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan untuk Alih Fungsi Wisma dan Alih Profesi Wanita Harapan.

Menurut dia, pihaknya memberikan apresiasi kepada pihak-pihak terkait yang sudah berusaha menutup lokasi prostitusi Dolly dan Jarak. "Sekitar 2-3 tahun, kami bersama pemda optimal untuk mengatasi permasalahan ini," kata Salim.

Dalam acara tersebut dilakukan deklarasi oleh perwakilan warga yang isinya menjadikan Kelurahan Putat Jaya jadi bebas prostitusi, siap beralih profesi serta meminta aparat menindak tegas terjadinya prostitusi. Setelah itu dilanjutkan dengan penandatanganan oleh 107 perwakilan warga.

Gubernur Jatim Soekarwo dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kerja sama dalam suksesnya acara ini. Ia mengatakan masyarakat dalam bekerja harus bermartabat.

"Ini program kemanusiaan. Maka kami setuju apa yang diminta Bu Walikota dalam soal Dolly. Pemerintah tak akan membiarkan warga keleleran. Memang dulu penghasilan banyak, namun ditutup memang berkurang," katanya.

Soal PSK akan dikembalikan ke daerah asal, pihaknya sudah koordinasi dengan bupati dan walikota di Jatim. Pihaknya telah menyiapkan APBD Jatim untuk mengentaskan mereka.

Dalam kesempatan itu diberikan bantuan dari Kemensos sebesar Rp 7 miliar dan Gubernur Jatim sebesar Rp 1, 5 miliar kepada PSK serta warga terdampak lokalisasi. 

Kisah Dolly berawal pada 1967. Saat itu muncul seorang bernama Dolly Khavit, seorang wanita yang konon dulunya juga pelacur, yang kemudian menikah dengan seorang pelaut Belanda. Dolly merupakan seorang wanita yang memiliki perangai seperti laki-laki, tomboy.

Dari hasil pernikahannya, Dolly dikaruniai putra bernama Edy. Ia juga mengambil anak angkat bernama Bambang. Akhirnya, Dolly memiliki usaha pelacuran. Ia mengangkat mucikari yang diambil dari Kampung Semolosewu. Dari sini mulai muncul sebutan Papi Dolly. Ia kemudian mengelola satu wisma bernama Mamamia.

Tak lama setelah itu, dibangun sebuah wisma bernama Barbara yang dikelola keturunan Belanda. Di lokasi itu, muncul kemudian Wisma TKT dan Sembilan Belas. Akhirnya, jadilah perkampungan itu menjadi nama Gang Dolly pada awal 1970. (Ant/Ado)