Liputan6.com, Solo - Keramaian sudah biasa di bagian paling timur Kota Solo, yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon. Kawasan tersebut adalah salah satu pusat perekonomian di Kota Solo, Jawa Tengah, sebagai pasar besi, pasar ayam, dan juga pasar loak atau barang bekas.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (19/6/2014), di lokasi tersebut juga berdiri tegak bangunan Masjid Jami, yang didirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Solo.
Siapa sangka, 17 tahun silam kawasan tersebut lekat dengan stigma negatif. Di lokasi seluas lebih dari 3.000 meter persegi ini dulunya berdiri Kampung Silir dan Kenteng, yang dikenal sebagai lokalisasi prostitusi di Kota Solo.
Lokalisasi itu berdiri sejak tahun 1960-an dan mendatangkan dampak ekonomi yang cukup menjanjikan bagi warga sekitar lokalisasi.
Riwayat Dolly bukanlah lokalisasi prostitusi pertama yang ditutup secara resmi oleh pemerintah. Di Kota Solo, Jawa Tengah, penutupan lokalisasi juga dilakukan oleh Walikota Solo yang menjabat saat itu adalah Imam Sutopo, pada tahun 1997.
Namun geliat prostitusi semakin menjadi dan berani, meski berstatus ilegal karena telah dibubarkan. 10 Tahun berselang, kawasan ini mulai bersih saat timbul kesadaran warga untuk hidup layak.
Jakarta juga pernah memiliki lokalisasi prostitusi di Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Namun tahun 1999, lokalisasi itu ditutup dan di atas lahan seluas 21 hektar itu dibangun kawasan Jakarta Islamic Centre, lengkap dengan sebuah masjid besar dan fasilitas pembelajaran Islam.
Warga kini bisa memasuki kawasan itu dengan tenang untuk sekedar bermain bersama keluarga. Hanya dengan membayar tiket parkir Rp 2.000 ribu, petugas keamanan siap menjaga di gerbang masuk selama 24 jam. lokalisasi prostitusi Silir yang berdiri sejak tahun 1960-an, akhirnya berhasil ditutup dan dibersihkan. (Ein)
Lokalisasi Silir Solo Riwayatnya Seperti Dolly
17 tahun silam Kampung Silir dan Kenteng, dikenal sebagai lokalisasi prostitusi legal di Kota Solo.
Advertisement