Sukses

Guru Keluhkan Sulitnya Terapkan Kurikulum 2013, M Nuh Optimistis

Mendikbud M Nuh mengumpulkan guru-guru dari berbagai sekolah untuk memeriksa kesiapan para pengajar melaksanakan kurikulum 2013 yang baru.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh mengumpulkan guru-guru dari berbagai sekolah untuk memeriksa kesiapan para pengajar melaksanakan kurikulum 2013 yang baru. Kesimpulannya, guru-guru banyak mengeluhkan sulitnya memberi penilaian secara otentik sebagai perubahan di kurikulum yang baru.

"Saya ikut penataran selama seminggu. Saya jujur belum menguasai. Kalau proses pembelajaran tidak terlalu berbeda. Bedanya hanya di proses penilaian. Itu sangat kesulitan. Saya optimis karena ini baik dan diutamakan budi pekerti, terutama di SD," kata Guru SD Pulo Kebayoran Baru Dwi Herawati di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (21/7/2014).

Sementara itu, Guru SD 03 Pulo Kebayoran Baru Silmi Martini mengaku sedikit ragu pada perubahan kurikulum baru tersebut. Alasannya pemberian nilai sikap dan keterampilan, di luar nilai kognitif, biasanya dilakukan para guru sesuai persepsinya masing-masing.

"Awalnya saya gamang, tapi setelah saya mendalaminya saya optimis pendekatan di kurikulum 2013 scientific. Anak dipacu mengalami lalu menalar. Semua indera dipakai dan dieksplorasi," terangnya.

Guru SMP 19 Wijiyana menambahkan, supaya lebih menciptakan moral murid-murid yang baik sebelum terjun ke masyarakat perlu meniru program dari luar negeri, yaitu service learning.

"Saya punya usul, banyak pelajar sebagai manusia zombie. Mereka dari SMA ini lalu bisa saja tawuran. Saya usul service learning. Itu kewajiban untuk menamatkan sekolah dengan membantu masyarakat," tutur Wijiyana.

Tetap Optimistis

Meski banyak keluhan yang disampaikan para guru, khususnya cara memberikan penilaian sikap dan kreativitas anak secara otentik, Mendikbud M Nuh optimistis kurikulum 2013 akan berjalan dengan baik.

Ia menilai akan dilakukan penilaian menyeluruh untuk melihat efektivitas dari kurikulum baru. Hal itu sebagai bentuk tanggung jawab pula atas pelatihan yang telah diberikan pada para pengajar.

"Mestinya 14 Juli (mulai disurvei), tapi ada beberapa daerah belum masuk. Kami ingin ukur efektivitas pada 4 Agustus setelah liburan usai. Sudah 1,1 juta lebih yang dilatih dari kombinasi APBN dan APBD. Kami lihat kesiapan para guru dan instruktur nasional, keyakinan narasumber sampai kesiapan guru yang melaksanakan," terang Nuh.

Dari nilai pelatihan para guru, Nuh mengakui ada kesulitan dari mereka memberikan penilaian otentik. "Mereka bilang yang sulit menilai secara otentik. Kalau dulu bisa gunakan perkiraan, dengan penilain otentik harus didukung prestasi dan kemampuan si anak. Ini memang perlu waktu, tapi tak apa," jelasnya.

Selain itu, Nuh menegaskan penilaian otentik akan membawa keuntungan di masa mendatang bagi Indonesia, karena kurikulum ini mengajarkan orang untuk menilai secara otentik atau berdasar fakta. Ia juga tak menyangkal penilaian otentik memang bersifat subjektif guru, tapi tak selamanya itu buruk.

"Menilai yang baik itu rumus dasar objektivitas, sehingga penilaian otentik akan bentuk pola pikir bangsa. Kalau para guru dan siswa bertahun-tahun alami proses penilaian berdasarkan fakta maka kalau dia sudah jadi warga masyarakat, dia juga akan menilai berdasarkan fakta bukan persepsi," tandas Nuh.

Anggaran kurikulum 2013 ini sebesar Rp 829 miliar. Sesuai jadwal yang dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pelatihan guru sasaran sebanyak 55.762 orang akan dilaksanakan selama lima hari yaitu dari tanggal 8-13 Juli. (Mut)