Sukses

Pembatasan Solar Bersubsidi Membuat Nelayan Angke Khawatir

Nelayan di Cilincing, Jakarta Utara meminta kebijakan pembatasan solar bersubsidi dihapus.

Liputan6.com, Jakarta - Nelayan di Cilincing, Jakarta Utara meminta kebijakan pembatasan solar bersubsidi dihapus. Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (5/8/2014), satu per satu nelayan di Cilincing, Jakarta Utara ini mengisi solar di pompa bensin khusus nelayan menggunakan jerigen.

Kebijakan pemerintah membatasi solar bersubsidi belum berdampak bagi mereka. Tapi nelayan khawatir suatu saat solar bersubsidi akan langka.

Pengisian solar sempat diwarnai protes seorang pengecer yang kesal karena tidak boleh membeli solar bersubsidi. Ia mengatakan berhak membeli solar bersubdisi karena punya surat izin langganan. Namun operator tetap menolak karena sang pengecer tidak bisa menunjukan surat langganan.

Sejak 1 Agustus 2014 pemerintah membatasi penjualan solar bersubsidi di Jakarta Pusat. Premium tidak akan dijual di pompa bensin di jalan tol, sedangkan penjualan solar untuk nelayan ditekan 20%.

Jika tak dibatasi, BPH Migas memprediksi solar bersubsidi akan habis akhir November dan premium besubsidi habis 19 Desember 2014.  

"Tidak ada pencabutan subsidi. Yang ada adalah mengendalikan penggunaan solar dan premium yang bersubsidi," jelas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik.

Presiden terpilih Joko Widodo juga mengkritik langkah pemerintah ini. Baginya kebijakan ini tidak menyelesaikan masalah.

"Kalau memang kalkulasinya matang, perhitungannya matang, tegas saja. Naik ya naik semuanya, gitu aja."

Pembatasan ini bertujuan agar kuota BBM bersubsidi tahun ini tidak jebol. Saat ini subsidi energi mencapai 250 sampai Rp 400 triliun. Dimana 77 persen subsidi tersebut jatuh ke golongan menengah atas.

Baca juga:

Pertaruhkan Nyawa Lewati Jembatan Keropos Demi Menuntut Ilmu
Warga Solo Bersihkan Mural Lambang ISIS
Ibu Bunuh Putrinya, Jasad Disembunyikan di Septic Tank 2 Tahun

 

Â