Sukses

Mengembalikan Pemerintahan Nagari di Ranah Minang

Pendidikan generasi muda Minang di Rumah Gadang dan surau pernah menghasilkan sejumlah pemimpin berskala nasional. Di era modern, masyarakat setempat mengidamkan pemerintahan Nagari.

Liputan6.com, Jakarta: Rumah Gadang dan masjid kuno menjadi simbol jalinan yang kuat antara agama, tradisi, dan struktur masyarakat di Ranah Minang, Sumatra Barat. Ketiga unsur itu menjadi dasar di setiap lingkup kecil daerah yang disebut Nagari. Saat ini, Rumah Gadang di Sumbar banyak yang tersia-sia, pelan-pelan runtuh ditelan waktu. Sebagian besar rumah itu ditinggalkan penghuni dari klan pewarisnya. Satu persatu mereka pergi merantau dan hidup mandiri.

Hanya beberapa Rumah Gadang yang tertinggal utuh setelah dipugar dan dilindungi pemerintah daerah. Rumah Gadang Suku Kampai di Kampung Belimbing, misalnya, sudah berusia ratusan tahun. Bangunan ini memiliki tujuh kamar yang mencerminkan jumlah keturunan pertama Suku Kampai. Tapi kini hanya sepasang suami istri yang bertahan tinggal di rumah kecil di samping induk Rumah Gadang. Mereka bertugas merawat bangunan ini.

Seperti halnya Rumah Gadang, fungsi surau di Tanah Minang juga sudah banyak berkurang. Kini, bangunan itu hanya menjadi pusat pengajian selepas Maghrib. Di zaman dahulu, surau menjadi pusat pendidikan agama dan bela diri. Kedua ilmu itu menjadi bekal orang Minang sebagai modal dasar hidup.

Biasanya orangtua di seluruh penjuru kampung mengirim anak-anak lelaki mereka menginap di sini. Di tempat ini, pemuda-pemuda itu ditempa agar memiliki ketahanan mental dan fisik yang kuat. Tak heran, sistem ini sempat menghasilkan pejuang-pejuang tangguh dari Tuanku Imam Bonjol, Sutan Syahrir dan Muhammad Hatta. Tapi selama 32 tahun pemerintahan Soeharto, sistem pendidikan ini kian memudar.

Meski demikian, masih banyak tradisi Minang yang tersisa. Di pelosok-pelosok kampung, penduduk masih sering mengadakan pertunjukan kesenian di sela-sela rutinitas mereka. Pertunjukan randai, misalnya, menggabungkan tarian dan keahlian bercerita dalam sajak dengan gerakan pencak silat. Ini menunjukkan kepercayaan orang Minang akan pentingnya ilmu bela diri dan bersilat lidah dengan bijak. Tarian ini masih sering dilatih seiring dengan latihan pencak silat selama tiga kali dalam sepekan.

Kini, fajar baru telah terbit di Ranah Minang. Masyarakat tengah larut dalam semangat untuk kembali ke Nagari, sistem pemerintahan lama yang kembali marak didengungkan. Gubernur Sumbar Zainal Bakar menuturkan pemerintah pusat mengembangkan pemerintah desa secara universal di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan pemerintahan Nagari tumbuh dari keinginan masyarakat.

Menurut Zainal, sebelum Undang-Undang Nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, pemerintahan Sumbar berada dalam stelsel paling rendah yakni Nagari. Masyarakat hidup dari kepemimpinan yang dipilih oleh mereka. Zainal mengatakan ada tiga ciri khas pemerintahan Nagari. Yaitu kepemimpinan tradisional yang diakui rakyat atau tiga Seungku Syarangan, memilih wakil-wakil secara langsung, dan bermusyawarah untuk mengambil keputusan.

Sebenarnya, provinsi penghasil semen itu telah menerapkan sistem pemerintahan Nagari secara bertahap sejak Januari 2001. Tujuan sistem itu yakni mengembalikan peran masyarakat adat, alim ulama, dan cerdik pandai, sebagai pilar masyarakat Minangkabau [baca:Nagari Minangkabau Kembali Secara Bertahap].

Di dalam hati masyarakat Minang selalu terkenang Adat Basandi Syara`, Syara` Basandi Kitabullah. Masyarakat setempat ingin menghidupkan kembali falsafah budaya itu. Pasalnya, pemerintahan desa yang selama ini diterapkan ternyata tak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Tapi keraguan muncul akankah filosofi itu berkembang menghadapi era modern saat kendali agama dan tradisi mulai mengendur.

Meski demikian, masyarakat Minang mendambakan kepimpinanan di bawah para Datuk atau sesepuh di setiap klan. Rentang cita-cita orang Minang memang seluas sawah yang menghampar di tanahnya. Cita-cita mereka yang seindah alam ranah Minang, menumbuhkan keyakinan segala keinginan itu mampu diraih.(COK/Tim Liputan 6 SCTV)