Liputan6.com, Semarang - Diusianya yang menginjak 88 tahun, Mbah Darmono masih terlihat sehat. Dengan nada penuh semangat ia menceritakan bagaimana perjuangannya untuk mempertahankan Kota Semarang dari serangan NICA.
Saat peperangan itu, si mbah terkena pecahan ledakan mortir di kaki kiri.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (18/8/2014), Mbah Darmono merupakan pejuang pertempuran 5 hari di Semarang yang masih hidup. Meski diusianya yang sudah uzur, Mbah Drmono tidak pikun dan masih biasa berjalan puluhan kilo dari rumahnya yang bersahaja ini di Jalan Brotojoyo Barat 3 No 43B, Semarang, Jawa Tengah. Namun sayang, Mbah Darmono hidup miskin.
Meski telah mempertaruhkan nyawa mengusir penjajah, tak serta merta Mbah Darmono dan keluarga bisa hidup layak setelah kemerdekaan. Pensiun yang diterima Mbah Darmono tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Advertisement
Kini Mbah Darmono bergantung hidup pada anaknya yang bekerja serabutan. Si mbah berharap pemerintah mau lebih memperhatikan nasib para pejuang-pejuang yang masih miskin.
Di tengah kemiskinannya, Mbah Darmono selalu memberi. Mbah Darmono berpesan pada generasi muda agar menjadi pemuda yang baik, jujur, tidak neko-neko, disiplin dan terus semangat mengangkat martabat bangsa.
Mbah Darmono berjuang merebut kemerdekaan untuk kebebasan Indonesia seperti sekarang. Sudah saatnya si mbah menerima lebih. (Mut)
Baca juga:
Harnaniek, Pejuang 45 yang Hidup Memprihatinkan
Inilah Tentara Jepang Pembela Indonesia Zaman Perang Dunia II