Liputan6.com, Jakarta: Letnan Kolonel purnawirawan Sukitman, seorang saksi sejarah peristiwa pengkhianatan Pancasila, mengaku khawatir setelah melihat penganiayaan yang dilakukan anggota Partai Komunis Indonesia terhadap para Pahlawan Revolusi, 30 September 1965. Hal itu diungkapkan Sukitman saat berada di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Ahad (30/9).
Ahad malam tadi, Sukitman bersama sejumlah warga mengunjungi Lubang Buaya untuk mengenang kembali peristiwa Gerakan 30 September, 36 tahun silam. Saat itu, Sukitman yang berpangkat agen polisi tingkat 2 atau setingkat barada polisi sekarang mengungkapkan, dirinya diciduk gerombolan PKI ketika sedang berpatroli dengan sepeda di sekitar Jalan Iskandarsyah, Jakarta Selatan. Saat itu, tak ada yang bisa dilakukan Sukitman, selain berpasrah diri kepada Yang Maha Kuasa. Apalagi, setelah melihat jelas seorang perwira berbintang dua dimasukkan ke dalam lubang sempit yang disusul dengan rentetan tembakan. Perwira tersebut akhirnya diketahui adalah Mayor Jenderal S. Parman.
Sukitman akhirnya selamat dari peristiwa mencekam itu setelah berhasil meloloskan diri. Kemudian, pasukan dari TNI melakukan penyergapan ke daerah Lubang Buaya setelah mendapat laporan dari kakek yang kini memiliki lima cucu. Beberapa hari setelah peristiwa itu, Sukitman mengaku sangat ketakutan terhadap keselamatan jiwanya. Ia juga menyatakan bahwa aksi yang dilakukan gerombolan tersebut sangat biadab.(PIN/Christiyanto dan Amar Sujarwadi)
Ahad malam tadi, Sukitman bersama sejumlah warga mengunjungi Lubang Buaya untuk mengenang kembali peristiwa Gerakan 30 September, 36 tahun silam. Saat itu, Sukitman yang berpangkat agen polisi tingkat 2 atau setingkat barada polisi sekarang mengungkapkan, dirinya diciduk gerombolan PKI ketika sedang berpatroli dengan sepeda di sekitar Jalan Iskandarsyah, Jakarta Selatan. Saat itu, tak ada yang bisa dilakukan Sukitman, selain berpasrah diri kepada Yang Maha Kuasa. Apalagi, setelah melihat jelas seorang perwira berbintang dua dimasukkan ke dalam lubang sempit yang disusul dengan rentetan tembakan. Perwira tersebut akhirnya diketahui adalah Mayor Jenderal S. Parman.
Sukitman akhirnya selamat dari peristiwa mencekam itu setelah berhasil meloloskan diri. Kemudian, pasukan dari TNI melakukan penyergapan ke daerah Lubang Buaya setelah mendapat laporan dari kakek yang kini memiliki lima cucu. Beberapa hari setelah peristiwa itu, Sukitman mengaku sangat ketakutan terhadap keselamatan jiwanya. Ia juga menyatakan bahwa aksi yang dilakukan gerombolan tersebut sangat biadab.(PIN/Christiyanto dan Amar Sujarwadi)