Sukses

Kubu Nazaruddin Sebut Anas Hendak Jadi Presiden

Majelis kemudian meminta Bertha menjelaskan soal hal lain, terkait hotline advertising‎.

Liputan6.com, Jakarta - Bertha Herawati menyebut mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum hendak menjadi presiden pada 2014. Hal itu dia katakan saat bersaksi untuk terdakwa Anas, dalam kasus dugaan penerimaan hadiah atau proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) Hambalang, proyek-proyek lain, serta tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Bertha yang merupakan notaris kepercayaan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin itu mengatakan, Anas ingin jadi presiden itu datang langsung dari mulut Nazaruddin.‎ Saat itu, 2009 penyampaian itu terjadi usai rapat pembuatan 'Gen SBY'.

"Waktu 2009 di Casablanca itu ada rapat bikin 'Gen SBY'. Gen SBY itu Generasi SBY. Itu calon Ketuanya Anas, Nazarruddin Sekjen," kata Bertha saat bersaksi di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Senin (25/8/2014).

"Waktu pada rapat itu tidak pernah tahu Anas mau jadi presiden. Tapi di luar rapat, Pak Nazar bilang ini untuk persiapan Mas Anas jadi presiden. Setelah SBY habis 2 periode, Anas yang nanti maju," kata perempuan yang juga kader Partai Demokrat itu.

Majelis kemudian meminta Bertha menjelaskan soal hal lain. "Lalu terkait hotline advertising‎?" ujar Majelis Hakim yang diketuai Haswandi.

"Itu suatu perusahaan yang mau dibeli Pak Nazar, katanya juga untuk persiapan mendukung Anas jadi presiden pada 2014," kata Bertha.

"Rencananya mau dibeli, tapi tidak jadi," sambung Bertha.

‎Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam dakwaannya menyebut, untuk mengumpulkan dana logistik demi mewujudkan cita-citanya menjadi presiden, Anas membuat kantong-kantong usaha. Kantong-kantong usaha itu dibuat melalui beberapa perusahaan.

Untuk menghimpun dana itu, disebut bahwa Anas bersama Nazaruddin bergabung dengan Grup Anugerah di Jalan KH Abdullah Syafi'i, Tebet, Jakarta Selatan. Perusahaan itu lalu berubah nama menjadi Permai Grup yang berkantor di Menara Permai, Warung Buncit, Jakarta Selatan.‎

Di Permai Grup, Anas disebut mulai menggarap berbagai proyek pemerintah melalui beberapa orang, di antaranya Yulianis yang saat itu menjabat Wakil Direktur Keuangan Permai Grup dan Mindo Rosalina Manulang alias Rosa, yang kala itu duduk sebagai Direktur Marketing Permai Grup. Keduanya disebut menggarap proyek-proyek di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Anas juga disebut meminta Munadi Herlambang guna mengurus proyek konstruksi pemerintah, dan menunjuk Direktur Utama PT Dutasari Citralaras, Machfud Suroso untuk mengawal proyek gedung pajak dan lain-lainnya.

Dalam kasus ini, Anas oleh Jaksa didakwa menerima hadiah atau gratifikasi berupa 1 mobil Toyota Harrier B 15 AUD senilai Rp 670 juta dan 1 mobil Toyota Vellfire B 6 AUD senilai Rp 735 juta. Anas juga didakwa menerima kegiatan survei pemenangan dalam bursa Ketua Umum Partai Demokrat 2010 dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) senilai Rp 478 juta, dan menerima uang sebanyak Rp 116,5 miliar dan sekitar US$ 5,2 juta.

Dalam dakwaan juga disebut, Anas mengeluarkan dana untuk pencalonan sebagai Ketua Umum pada Kongres Partai Demokrat 2010 di Bandung, Jawa Barat. Sebesar US$ 30,9 ribu untuk biaya posko tim relawan pemenangan Anas di Apartemen Senayan City Residence, dan sebesar US$ 5,17 ribu untuk biaya posko II di Ritz Carlton Jakarta Pacific Place.

Selain itu, Anas juga disebut mengeluarkan biaya-biaya untuk pertemuan dengan 513 DPC dan DPD pada Januari 2010, pertemuan dengan 430 DPC pada Februari 2010, dan biaya mengumpulkan 446 DPC pada Maret 2010.

Baca juga:

Bongkar Kasus, Nazaruddin Akui Dimarahi SBY

Nazaruddin Tuding Anas Urbaningrum Beristri Dua

Nazar Sebut Anas Temui Eks Menkeu Agus Marto Terkait Pajak

Video Terkini