Sukses

Top 5 News: Kepala Ular Pembunuh Hingga Panasnya Suhu Jakarta

Bukti ilmiah menunjukkan, ular pada umumnya dikenal bisa mempertahankan refleks setelah kematian.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar seorang koki di China yang tewas digigit ular kobra yang telah ia penggal sekitar 20 menit sebelumnya masih menjadi kisah menarik bagi sebagian pembaca. Demikian pula dengan kabar meninggalnya Kapten Pilot Rhamdanto dalam penerbangan Garuda dari Lombok, NTB.

Berita gonjang-ganjing di tubuh Golkar menjelang transisi pemerintahan juga banyak dicari. Demikian pula komentar Ratu Atut atas vonis 4 tahun penjara yang harus diterimanya. Ditutup dengan penjelasan ilmiah tentang panasnya suhu Jakarta belakangan ini.

1. Rahasia 'Refleks Pembunuh' di Kepala Ular yang Terpenggal

Ular berbisa tak hanya menakutkan saat hidup, tapi juga ketika tak lagi bernyawa. Seperti yang terjadi di Kota Foshan, Provinsi Guangdong, China. Seorang koki tewas digigit ular kobra yang telah ia penggal sekitar 20 menit sebelumnya.

Kisah ini mungkin terdengar aneh, namun bukti ilmiah menunjukkan, hal tersebut sejatinya masuk akal. "Ular pada umumnya dikenal bisa mempertahankan refleks setelah kematian," kata Steven Beaupre, ahli biologi dari University of Arkansas, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Senin (1/9/2014).

Selengkapnya: Rahasia 'Refleks Pembunuh' di Kepala Ular yang Terpenggal

2. Garuda: Pilot Rhamdanto Tidak Meninggal Saat Terbangkan Pesawat

Kapten Pilot Rhamdanto dikabarkan meninggal dunia dalam penerbangan pesawat Garuda Indonesia GA-4302 dari Lombok menuju Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu 31 Agustus 2014 kemarin. Dia disebutkan sudah tiada ketika pesawat belum lagi menginjak tanah.

Namun pihak Garuda Indonesia membantah sang kapten meninggal di dalam burung besi itu. "Bersama ini kami sampaikan bahwa tidak benar pilot meninggal di dalam pesawat," kata Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia, Pujobroto di Jakarta, Senin (1/9/2014).

Selengkapnya: Garuda: Pilot Rhamdanto Tidak Meninggal Saat Terbangkan Pesawat

3. Pengamat: Ical Digulingkan, Golkar 1.000% Pindah ke Jokowi-JK

Pakar Komunikasi politik  Tjipta Lesmana memprediksi, apabila Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie atau Ical digulingkan pada Munas sebelum pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden, maka Golkar akan berbalik sepenuhnya mendukung Jokowi-JK

"Jadi kalau betul-betul jadi Munas ini ARB digulingkan, saya nggak tahu Priyo (Budi Santoso) atau AL (Agung Laksono) yang jadi. Golkar 1.000 persen pasti ke blok Jokowi-JK," ucapnya dalam peluncuran buku Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Golkar Bambang Soesatyo berjudul Indonesia Gawat Darurat di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (31/8/2014).

Selengkapnya: Pengamat: Ical Digulingkan, Golkar 1.000% Pindah ke Jokowi-JK

4. Ratu Atut: Vonis 4 Tahun Tidak Adil

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) menjatuhkan vonis pidana 4 tahun penjara kepada Ratu Atut Chosiyah. Majelis juga menjatuhkan denda Rp 250 juta subsider 5 bulan kurungan kepada Gubernur nonaktif Banten tersebut.

Menanggapi hal itu, Ratu Atut merasa vonis tersebut tidak adil‎. "Tidak adil. Doakan semuanya ya keadilan terjadi kepada saya," kata Atut usai sidang di Pengadilan Negeri Tipikor Jakarta, Senin (1/9/2014).

Ratu Atut mengaku dirinya hanya korban kepentingan dari pihak lain. Dalam hal ini pengacara Susi Tur Andayani dan mantan calon Bupati Lebak, Amir Hamzah.

Selengkapnya: Ratu Atut: Vonis 4 Tahun Tidak Adil

5. Mengapa Jakarta Terasa Panas Belakangan Ini?

Matahari Jakarta terasa sangat terik belakangan ini. Panasnya pun tak kalah menyengat. Kondisi ini banyak dikeluhkan warga Ibukota. Ada fenomena apa di langit Jakarta?

Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem BMKG Muhammad Fadli menjelaskan, saat ini memang telah masuk kemarau dengan suhu sekitar 22-32 derajat celcius. Panas terik yang terjadi di Jakarta saat ini terbilang normal.  

"Pada saat kemarau memang karakteristiknya terik, terutama pada siang hari. Kalau kita lihat, pantauan terakhir lewat satelit, pertumbuhan awannya memang sedikit. Kalau pertumbuhan awan tak terlalu banyak, maka radiasi panasnya jatuh (ke bumi) lebih kuat," papar dia.

Selengkapnya: Mengapa Jakarta Terasa Panas Belakangan Ini?

Video Terkini