Liputan6.com, Pontianak - Sejak kasus penangkapan perwira polisi Kalbar di Malaysia mencuat, rumah kontrakkan AKBP Idha Endhi Franstyono tampak sepi. Pantauan Liputan6.com hari ini, tak terlihat ada aktivitas apapun, hanya ada motor matic Honda yang terparkir di halaman rumah yang berlokasi di Jalan Parit Haji Husin I RT 03 RW 16, Gang Alqadar No.18 B, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Yusuf (60), tetangga Idha Endi Franstyono, mengatakan, tak mengetahui jika tetangganya itu dibekuk di Malaysia. Menurut Yusuf, sang perwira baru 1 tahun tinggal di Jalan Parit Haji Husin.
"Saya tidak tahu dia ditangkap," kata Yusuf saat ditemui di rumah kontrakan AKBP Idha Endhi Franstyono, Selasa (2/9/2014).
Yusuf mengungkapkan, saat pindah ke kontrakannya, Idha Edha Endhi tak melapor ke RT. "Dia tak ada lapor sama RT di sini saat pindah. Itu rumah orang PLN, dikontrakan ke dia," ungkap Yusuf.
Hal ini dibenarkan Ketua RT 03 Subadri. Dia mengatakan perwira Polda Kalbar itu belum terdaftar sebagai warga di lingkungan RTnya.
Baca Juga
“Saya kenal dia hanya di masjid saja. Sebab, dia tuh sering ke masjid. Memang dia belum terdaftar di RT sini, dulu itu yang lapor hanya keluarganya saja. Orangnya sih baik. Bahkan dia kalau salat selalu berjamaah. Kalau salat itu dia di belakang imam. Kalau dia terlambat, duduk di belakang," kata Subadri.
Advertisement
Dia mengungkapkan, tak pernah lagi melihat sang perwira setelah Idul Fitri. "Setelah Idul Fitri kemarin, saya tak pernah lihat lagi dia datang ke masjid. Tak tahu juga ke mana. Kabarnya sih pulang kampung."
Rajinnya Idha Endhi ke masjid juga disampaikan Yusuf. "Dia sering ke masjid saat salat zuhur memakai seragam polisi. Saya pernah minta uang sumbangan, lalu dia kasih susu, gula. Kalau istrinya sih kurang gaul," jelas Yusuf.
Menurut Subadri, istri Idha Endhi adalah seorang pebisnis. Istrinya pernah kehilangan perhiasan di pesawat yang sempat menjadi berita heboh beberapa bulan lalu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com dari KPU Kabupaten Kubu Raya, istri Idha Endhi pernah ingin mengikuti pemilihan Bupati di Kabupaten Kubu Raya pada 2013. Namun keinginan itu batal lantaran tidak ada kendaraan partai untuk mengusungnya. "Kemungkinan dia tidak memiliki perahu partai. Makanya tak jadi ikut," jelas sumber dari KPU tersebut.
Di tempat terpisah, Pakar Hukum Universitas Tanjungpura, Pontianak, Hermansyah, mengaku prihatin atas penangkapan 2 anggota Kepolisian Daerah Kalimantan Barat tersebut. Sebab, penangkapan terjadi di negeri jiran, Malaysia, sehingga dinilai mempermalukan institusi Polri.
"Kita prihatin. Apakah ini sebuah puncak gunung es. Apakah ini dilakukan sendiri, atau ada banyak yang lainnya. Dia ini kan ditangkap di negara lain. Ini bukan menjadi persoalan individu, tapi masalah antarnegara. Tentunya sistem peradilannya pun beda," ujar Hermansyah.
"Tentu ini menjadi perhatian negara kita. Ini bukan hal mudah. Malaysia terkait pemberantasan narkoba cukup baik. Dan tidk mudah. Perlu proses diplomasi antar negara," lanjut dia.
AKBP Idha Endhi Franstyono ditangkap bersama Brigadir Polisi Kepala MP Harahap. Keduanya ditangkap Polisi Malaysia di Bandara Kuching, Malaysia Timur, pada Jumat 29 Agustus 2014. Kedua polisi itu diduga terkait kasus narkotika seberat 6 kilogram. Menurut Mabes Polri, penangkapan kedua polisi Polda Kalbar itu berdasarkan hasil pengembangan kasus. (Mvi)