Liputan6.com, Jakarta - Lokasi pasar induk dan pasar logistik yang masih berada di Jakarta dinilai sudah tidak tepat. Sebab menjadi pemicu banyak truk pengangkut logistik lalu lalang ke Jakarta dengan mengangkut bahan yang belum siap jual. Hal itu dikemukakan oleh Ketua Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) Joko Setiyanto.
Tak bisa dipungkiri lagi, kemacetan di Jakarta kerap terjadi. Diperparah dengan maraknya truk-truk besar pembawa bahan pokok ke Jakarta. Selain menambah volume kendaraan di jalan, ongkos transportasi dalam mendistribusikan bahan pokok pun semakin tinggi.
"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat harus segera mengatur pola distribusi pasokan logistik di Jakarta untuk mengurangi beban kota," kata Joko di kantornya Jalan Kayu Putih Raya, Jakarta Timur, Selasa (2/9/2014).
Ongkos distribusi imbas dari kemacetan tentu meningkat. Belum lagi, banyak bahan makanan pokok yang justru sudah busuk atau tidak bisa dijual lagi. Besarannya bahkan mencapai 30-40% dari bahan yang sedang diangkut.
"Jalan darat sangat terbebani oleh truk-truk logistik yang menghambat lalu lintas kendaraan. Belum lagi, sampah bekas sayuran busuk misalnya, atau bekas tanah dari ketela. Itu semua masih harus dibersihkan di sini," ujar Joko.
Karena itu, dirinya menilai harus ada lokasi pasar logistik baru untuk menampung bahan-bahan yang nantinya di jual di Jakarta. Lokasinya tak harus jauh, bisa memanfaatkan kota satelit di sekitar Jakarta seperti Bogor atau Karawang.
"Pasar-pasar induk ini sudah tidak layak ada di tengah Jakarta, harus segera didorong keluar kota. Jadi barang yang sampai di Jakarta sudah dalam bentuk packaging atau siap jual," jelas Joko.
Untuk mengantar barang itu sampai ke ibu kota, pemerintah dapat menggunakan kereta sebagai pengangkut barang siap jual. Para pedagang dapat mengangkut barang di stasiun yang sudah disiapkan tanpa harus menggunakan truk besar dan memakan waktu lama akibat terhambat kemacetan.
"Pusat logistik ini, selain harus mulai didorong keluar kota, tetapi juga harus didukung oleh kereta untuk mengangkut logistik. Dengan kereta itu logistik dipasok ke Jakarta dalam kondisi telah dikemas rapih sehingga nilai jualnya bisa meningkat," jelas Joko.
Menanggapi hal itu, Humas PD Pasar Jaya Agus Lamun mengatakan, ide itu memang sudah sempat didengungkan. Pasar memang seharusnya juga mengurusi bisnis ritel, logostik, dan distribusi. Hal itu juga sudah sesuai dengan arahan Gubernur DKI Jakarta.
"Namun demikian, untuk pasar pusat logistik dan pendistribusian memang belum ada akan tetapi kami sudah mempersiapkan satu bidang yang nantinya akan menangani bisnis ritel, yang kami sebut dengan Unit Pelaksana Lain atau Unit Pelaksana Ritel," jelas Agus.
Setidaknya, terdapat 2 pasar induk yang masih aktif beroperasi di Jakarta. Pasar itu, yakni Pasar Induk Kramatjati dan Pasar Induk Beras Cipinang. Masalah kemacetan memang sering terjadi di Jalan Raya Bogor tak jauh dari lokasi Pasar Kramatjati. Lalu lalang truk berisi bahan makanan baik siang maupun malam hari membuat jalan yang hanya selebar 8 meter pun tak jarang macet. Belum lagi, jalan juga digunakan untuk jalur bus Transjakarta.
Keberadaan Pasar Induk Dinilai Tak Cocok Lagi di Jakarta
Lokasi pasar induk dan pasar logistik dianggap pemicu banyak truk pengangkut logistik lalu lalang ke Jakarta.
Advertisement