Liputan6.com, Jakarta - Terdakwa kasus dugaan gratifikasi atau penerimaan hadiah proyek Hambalang Anas Urbaningrum, menceritakan proses pembelian mobil Toyota Harrier yang kini menjadi salah satu isi dakwaan kasus yang menjeratnya.
Anas menuturkan, saat itu dirinya baru saja memperoleh uang Rp 250 juta dari Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Uang itu diberikan lantaran partainya memenangkan Pemilu 2009.
"Saya menulis buku revolusi sunyi. Ini penjelasan ilmiah mengenai Partai Demokrat Pemilu 2009 yang naik 3 kali lipat dibanding 2004. Atas itu, saya pada Agustus 2009 mendapat uang terima kasih Rp 250 juta. Dan Rp 200 juta yang saya berikan ke Nazaruddin untuk membeli Harrier," ujar Anas di Pengadilan Negeri Tipikor Jakarta, Kamis (4/9/2014) malam.
Maka, lanjut Anas, dia selalu mendesak agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memintai keterangan SBY mengenai uang tersebut. "Itu dikasihnya cash. Makanya saya sampaikan ke penyidik, tolong diminta keterangan SBY. Tapi, saya mengerti ada tembok tinggi untuk meminta keterangan SBY," kata dia.
Usai memperoleh mobil itu, kata Anas, tepatnya setelah Kongres Partai Demokrat di Bandung 2010, dirinya memperoleh informasi mengenai pernyataan Nazaruddin yang mengaku-ngaku sebagai pihak yang membelikan mobil dengan nomor polisi B 9 AUD tersebut.
"Ada beberapa orang tanya ke saya. Apa betul dibelikan mobil dari Nazar? Saya kemudian konfirmasi ke Nazar. 'Zar ngomong apa ke orang-orang'? Dia jawab 'saya nggak ngomong apa-apa'. Pikiran saya, tidak mungkin orang-orang ini tahu kalau Nazar tidak ngomong," tutur Anas. Karena alasan tersebutlah, Anas kemudian melunasi pembelian mobil tersebut. (Sss)
Cerita Anas Soal Proses Pembelian Mobil Harrier
"Saya menulis buku revolusi sunyi. Ini penjelasan ilmiah mengenai Partai Demokrat Pemilu 2009 yang naik 3 kali lipat dibanding 2004."
Advertisement