Liputan6.com, Malang - Memperingati 10 tahun meninggalnya aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir, puluhan aktivis dan pegiat teater menggelar aksi teatrikal di Jalan Veteran Kota Malang, Jawa Timur.
Aktivis yang tergabung dalam Pusat Pengembangan Otonomi Daerah (PP Otoda) Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, dan pegiat teater dalam aksinya juga membawa sejumlah poster dengan berbagai tulisan. Antara lain, "1 Orang 10 Tahun Tanpa Keadilan", "Tangkap & Adili Para Pembunuh Munir", dan "10 Tahun Pembunuhku Masih Berkeliaran".
Juru bicara aksi Sahrul Sahidin mengatakan, 10 tahun setelah kematian Munir, tak ada perkembangan berarti dalam pengungkapan kasusnya.
"Tidak pernah terungkap apa motif utama pembunuhan itu dan siapa aktor intelektualnya," kata Sahrul, Jumat (5/9/2014).
Ia menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak serius mengusut kasus ini. Padahal saat kali pertama menjabat sebagai presiden, SBY mengatakan kasus ini sebagai 'test of our history' atau ujian bagi sejarah bangsa terhadap penanganan kasus HAM.
Ironisnya, lanjut Sahrul, Pollycarpus sebagai pembunuh Munir di lapangan malah mendapat sejumlah remisi hukuman. Karena itu, para aktivis menolak lupa dengan kasus ini dan menuntut seluruh pelanggar HAM dihukum berat.
"Kami juga meminta Presiden dan Wakil Presiden yang baru yakni Jokowi dan Jusuf Kalla untuk menuntaskan kasus ini," tandas Sahrul.
Munir Said Thalib atau Munir, aktivis HAM dan Koordinator Kontras, tewas pada 7 September 2004. Ia meninggal di atas pesawat dalam perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda. (Sss)
10 Tahun Kematian Munir, Aktivis Minta Jokowi-JK Bertindak
Juru bicara aksi Sahrul Sahidin mengatakan, 10 tahun setelah kematian Munir, tak ada perkembangan berarti dalam pengungkapan kasusnya.
Advertisement