Liputan6.com, Grobogan - Warga Dusun Wonorejo, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang, Jawa Timur, setiap pagi hingga siang hari selalu datang ke sungai yang berada di tengah hutan yang jaraknya 2 kilometer dari permukiman warga.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu (6/9/2014), air dari rembesan yang berada di sungai kecil ini dibutuhkan warga untuk keperluan mandi dan mencuci baju.
Baca Juga
Meski kondisi air keruh dan bercampur sampah, warga Wonorejo tetap mengambilnya. Sebab, satu-satunya sumber yang bisa diandalkan hanya dari pegunungan.
Advertisement
Di Grobogan, Jawa Tengah kekeringan juga mengakibatkan puluhan hektare sawah tidak bisa ditanami. Demi mencukupi kebutuhan hidup, para petani terpaksa mencongkel sawahnya yang kering untuk dijual.
Bongkahan tanah itu berfungsi sebagai pengganti batu padas yang biasa digunakan untuk memadatkan lahan yang hendak didirikan bangunan baru. Bongkahan tanah sawah tersebut dijual dengan harga Rp 75 ribu per satu truk.
Di Kampung Mekar Jaya, Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dampak musim kemarau juga berimbas pada krisis air bersih.
Warga terpaksa memanfaatkan air aliran Sungai Ciherang yang berjarak 500 meter dari kampung mereka untuk kebutuhan minum, mencuci, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Namun warga sadar penggunaan air sungai itu bisa membahayakan kesehatan.
Baca juga:
Demi Air Bersih, Warga di Kulon Progo Berjalan Kaki 4 Km
Kekeringan Landa 8 Daerah di Aceh, Produksi Padi Turun
Kebakaran di Kawasan Hutan Rinjani Mencapai 50 Hektar
Â