Sukses

Satwa Petarung Tanah Pasundan

Persinggungan manusia dan babi hutan tak terhindarkan, petani pun menghalau kawanan babi hutan dengan anjing.

Liputan6.com, Jakarta - 2 Satwa petarung demi melumpuhkan lawan, anjing diuji kemampuannya melawan babi hutan yang dalam bahasa Sunda disebut bagong. Itulah adu bagong, tradisi turun temurun masyarakat agraris di pedalaman bumi Parahyangan.

Tidak ada bukti tertulis kapan adu bagong jadi rutinitas masyarakat tatar pasundan. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, atraksi adu bagong sudah berlangsung sejak setengah abad silam.

Akibat letak lahan perkebunan di lereng bukit, persinggungan manusia dan babi hutan tak terhindarkan. Warga pun mengembangkan berbagai teknik untuk menghalau kawanan babi hutan yang kerap merusak tanaman warga.

Memanfaatkan jadi pilihan satwa anjing karena memiliki indra penglihatan, penciuman dan pendengarannya lebih tajam dari manusia. Tak cuma melindungi ladang, anjing juga melindungi petani dari kemungkinan serangan hewan liar, termasuk babi hutan.

"Mereka biasanya masyarakat pedesaan ini, masyarakat petani khususnya untuk mencari lapangan yang terbuka yang agak besar, kemudian ada satu arena untuk ya namanya ngadu bagong dengan anjing, satu bagong dikeroyok beberapa anjing. Itu fungsinya adalah untuk menandakan bahwa bagong ini sebagai hama pertanian," tutur Dosen Antropologi Sosial UNPAD Budi Rajab, dalam tayangan Potret Menembus Batas, Senin (8/9/2014) dini hari.

Selain utuk pertarungan antara hewan anjing dengan babi hutan, masyarakat tatar pasundan juga memanfaatkannya sebagai media hiburan.

"Yang kedua juga yang utama adalah untuk hiburan bagi masyarakat di situ secara periodik tertentu," tambah Budi Rajab.

Tradisi adu bagong mengakar di sebagian warga pasundan, menempati sebidang lahan di Bojong Loak Kidul, pinggir Kota Bandung, Jawa Barat, keluarga Ayi Karim memelihara 30 anjing.

Anjing ras jenis pitbull mendominasi deretan kandang. Pitbull sendiri memiliki keunggulan, karena secara naluriah agresif dan pantang menyerah.

"Baru pertama kecil, dari kakek, sama bapak, sama kakak dibawa-bawain kita sama anjing pitbull, karena yang lebih agresif dan lebih bagus pitbull. Karakternya lebih ganas, mentalnya lebih bagus dibanding sama anjing teril sama anjig kampung," ujar Beben, pemuda pecinta anjing.

Memelihara Anjjing bukanlah hobi murah, setiap hari Rp 200.000 harus keluar demi mencukupi asupan gizi puluhan anjing aduan.

Itu baru pakan sederhana, beberapa pemilik anjing petarung juga menyisihkan makanan hewan impor. belum vitaminnya secara berkala juga disisipkan. Saksikan selengkapnya pada video di bawah ini. (Riz)

Baca juga:

Sang 'Garuda' yang Terancam Punah

Didong, Syiar Dalam Syair dari Tanah Rencong

Jejak Purba Manusia Sumatera