Sukses

Surono: Banyak Alat Pantau Gunung Berapi Sudah Sangat Tua

Surono menjelaskan, Indonesia memiliki gunung api terbanyak se-Dunia dengan 129 gunung api.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono berharap pemerintahan mendatang memperhatikan kebijakan dalam hal penanggulangan bencana gunung berapi, salah satunya melalui peningkatan alat pemantauan gunung berapi.

Surono menegaskan saat ini alat pemantauan gunung milik Indonesia terbilang sangat tua. Hanya beberapa saja yang sudah sudah diremajakan. Untuk meremajakan alat pemantau Gunung api di seluruh Indonesia, pihaknya bekerja sama dengan Volcano Disaster Assistance program U.S Geological Survey.

"Pagi tadi pukul 08.00 Wib saya menandatangani MoU dengan Volcano Disaster Assistance program U.S Geological Survey. Kerja sama untuk peremajaan alat pantau Gunung Api," Ujar Surono saat ditemui usai pembukaan acara Cities on Volcanoes 8 di Gedung Graha Shaba Pramana UGM, Yogyakarta, Selasa (09/09/2014)

Surono menjelaskan, Indonesia memiliki gunung api terbanyak se-Dunia dengan 129 gunung api. Menurutnya sistemnya peremajaan dengan membeli alat pemantuan untuk seluruh Indonesia memerlukan biaya banyak.

Karena itu, sistem peremajaan alat bisa melalui MoU dengan negara lain. Alat yang dibeli hanya sensor, baik mulai sensor kegempaan sampai dengan sensor gas. Sedangkan untuk alat pengolahan data dan komputer akan dirakit di Indonesia.

Menurut Surono, untuk Gunung Api di Jawa semua alat pantaunya akan diremajakan. Demikian juga untuk alat pantauan gunung di luar Jawa yang wilayahnya banyak dihuni penduduk dan letusanya cenderung membahayakan. Semuanya akan diperbaharui.

"Ada sekitar 60 sampai 70-an Gunung yang alat pantuanya akan di remajakan. Ini sudah di rencanakan jangka panjang. Tahun 2014 ini semua harus selesai ," katanya.

Sementara itu Dosen Jurusan Geologi sekaligus Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM Dwikorita Karnawati mengatakan kejadian bencana seperti gempa bumi, tsunami dan gunung berapi bisa berisiko menghancurkan perekonomian sebuah bangsa.

Perguruan tinggi, menurutnya harus berperan penting untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi lain dalam pendidikan, riset dan teknologi dalam menularkan pengalamannya mengatasi bencana. "Saya harap isu kebencanaan bisa menjadi perhatian pemerintah yang baru," kata Dwikorita.