Sukses

Menengok Dahsyatnya Tenaga Nuklir di Reaktor Serpong

Di Puspitek Serpong, berdiri salah satu dari 3 pusat reaktor nuklir di Indonesia, selain di Bandung dan Yogyakarta.

Liputan6.com, Serpong - Terletak di kawasan Rumpin, Serpong, Tangerang Selatan, Banten berdiri sebuah kawasan Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong (Puspitek Serpong). Di kawasan yang dibangun sejak 1987 ini, berdiri salah satu dari 3 pusat reaktor nuklir di Indonesia, selain di Bandung dan Yogyakarta.

Liputan6.com bersama sejumlah awak media, Jumat (12/9/2014), berkesempatan mengunjungi lokasi terisolir itu di bawah Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Tidak mudah memasuki kawasan itu, kami harus melalui pemeriksaan petugas pengamanan yang cukup ketat di pintu gerbang.

Sebelum memasuki gedung utama reaktor nuklir, kami diberi pengarahan dan pengenalan secara umum tentang kawasan reaktor nuklir terbesar di Indonesia itu. Sekaligus pengarahan tata tertib dan evakuasi jika mengalami kondisi darurat.

Usai pengarahan, kami menuju gedung utama penelitian dan produksi isotop atau biasa dikenal nuklir cair. Gedung berwarna abu-abu dengan ornamen batu bata merah itu terpampang nama pendiri penelitian ini, Prof Dr Gerrit Agustinus Siwabessy, ahli atom sekaligus Menteri Kesehatan pertama di Indonesia.

Meski cukup tua, bangunan itu masih terlihat kokoh. Di gedung tersebut, kami mengisi buku tamu dan mengawali sebuah pengenalan bagaimana kinerja, manfaat, sekaligus bahaya nuklir yang dipandu seorang staf Batan. Pemaparan pun usai sekitar 30 menit.

Tiba saatnya kami memasuki ruang reaktor nuklir, ruang di mana neutron dihasilkan sebagai isotop untuk pemanfaatan bidang kesehatan, pertanian, dan obat-obatan. Namun sebelum memasuki ruang terisolir itu, kami harus menggunakan pakaian khusus agar tidak terkena radiasi nuklir.

Setelah menaiki sejumlah lantai dan pintu yang terkunci rapat, akhirnya kami tiba di ruang reaktor nuklir. Di ruang seluas sekitar 50 meter persegi itu terdapat beberapa bagian mesin pengendali. Di bagian tengah ruang, terdapat lubang menyerupai sumur berdiameter sekitar 6 meter.

Di sumur itulah reaktor nuklir bekerja. Di tengah-tengah lubang itu terdapat batang aluminium pengendali reaktor nuklir yang terhubung ke dasar sumur sedalam 13 meter. Di dasar sumur itulah neutron ditembakkan ke uranium untuk menghasilkan neutron baru.

"Neutron ditembakkan ke uranium, maka uranium terbelah. Saat terbelah itu menghasilkan panas, dan saat terbelah itu menghasilkan neutron-neutron baru antara 1 sampai 3," ujar petugas Layanan Informasi Puspitek Batan Edison Sihombing.

Menurut Edison, panas yang dihasilkan saat neutron ditembakkan ke uranium bisa mencapai 30 Megawatt (MW) Termal atau maksimal 10 Megawatt listrik. "Sederhananya, panas itu kalau digunakan untuk memutar baling-baling bisa menghasilkan listrik sebesar 30 MW," contoh pria humoris itu.

"Itulah, alasan reaktor tersebut dikelilingi air murni (H2O) dan tekanan udara yang kecil di ruang tersebut," sambung Edison.

Nuklir Sahabat Kita>>>

2 dari 2 halaman

Nuklir Sahabat Kita


Memang, jika melihat lubang sumur itu airnya terlihat sangat jernih kebiruan dengan pantulan cahaya di bawahnya. Warna air itu juga dapat menandakan tingkat panas dari energi yang dihasilkan saat neutron ditembakkan ke uranium. Jika kemerah-merahan, tingkat panas sedang, warna biru tingkat panas yang sangat tinggi.

"Air yang panas itu secara otomatis akan dibuang ke limbah," ujar Edison.

Sebelum dibuang, limbah air itu secara otomatis akan difilter dengan mesin. Begitu juga limbah bahan bakar. Namun untuk limbah bahan bakar tidak sembarangan, harus dikembalikan ke tempat penjual uranium asalnya --selama ini Batan membeli uranium ke Amerika Serikat.

"Jadi tidak sembarangan dibuang. Semua dikendalikan. Itulah bedanya bom atom dan nuklir, kalau bom atom dilepas semua kalau nuklir semua dikendalikan," jelas Edison.

Begitu pun jika ruangan tersebut terjadi radiasi, maka otomatis udara akan disedot dan difilter. Kemudian dinetralisir sebelum dibuang ke cerobong limbah. Sehingga tidak membahayakan dan mencemari udara.

Uranium sebagai bahan bakar reaktor nuklir akan diganti secara berkala sesuai penggunaannya. "Seperti motor kalau mau ganti oli kan tergantung tingkat berapa lamanya pemakaian motor itu," ujar Edison.

Setelah sekitar 30 menit berlalu, kami meninggalkan ruang reaktor nuklir. Satu per satu kami harus masuk ke mesin detektor untuk mengetahui adanya radiasi. Jika aman, kami boleh melepaskan pakaian pengaman. Sebaliknya, jika mesin detektor menunjukkan adanya radiasi, maka harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Alhasil, kami semua bebas dari radiasi. Kami pun melanjutkan ke lantai berikutnya, ke ruang pengendali. Di ruang inilah semua mesin reaktor nuklir dikendalikan, sekaligus pengendali keamanan melalui kamera pengintai di setiap sudut ruangan.

Di ruang pengendali ini semua termonitor dengan baik. Jika ada kesalahan sekecil apa pun akan terlihat saat proses di ruang reaktor. Ruangan ini dikendalikan beberapa petugas. Jika ada petugas yang akan atau sudah memasuki ruang reaktor harus melapor ke ruangan ini.

Selesai mengunjungi ruang pengendali sekitar 30 menit, selesai pula kunjungan kami di kawasan reaktor nuklir ini.

"Jadi nuklir nggak perlu ditakuti, tapi justru sebagai sahabat. Banyak mitos soal bahaya radiasi, itu tidak benar. Karena semua terkendali dengan baik. Katanya bikin mandul, saya sudah kerja di sini 28 tahun, anak saya sudah 4," kelakar Edison. (Ans)