Sukses

Budayawan: Sejarah Dilupakan, Pemerintah Bisa Kualat

Pemerintah mungkin dapat pajak dan uang perizinan, tapi jika di-BOT-kan selama 20 tahun, fungsi dari museum tekstil bisa kabur.

Liputan6.com, Palembang - Seiring zaman, banyak peninggalan sejarah dari masa Kerajaan Sriwijaya hingga Kerajaan Palembang Darussalam dilupakan orang. Mirisnya lagi, banyak bangunan bersejarah di Palembang menjadi sasaran empuk program Built Operate and Transfer (BOT) pemerintah daerah dengan penguasa kapitalis.

Hal ini sangat disesalkan aktivis dan budayawan Sumatera Selatan, Vebri Al Lintani. Vebri mengatakan, saat ini pemerintah Sumsel betul-betul tidak tahu berterima kasih kepada Kerajaan Palembang Darussalam yang sudah membangun daerah ini.

Bahkan, kata Vebri, jika pemerintah daerah terus mengabaikan peninggalan bersejarah tersebut, pemerintah bisa kualat.

“Paradigmanya seperti itu, kalau sejarah Sumsel dilupakan, pemerintah bisa kualat. Mereka selalu berkoar-koar untuk melindungi (peninggalan sejarah), tapi praktiknya yang di kepala mereka selalu keuntungan dan aspek membangun budaya hanya membuang uang saja," kata Vebri kepada Liputan.com di Palembang, Rabu (17/9/2014).

Seharusnya, ujar Vebri, pemda harus membangun paradigma relokasi sejarah. Misalnya dengan memugar gedung-gedung lama. Dia mencontohkan Kota Tua di Jakarta yang dipugar untuk menarik wisatawan dan bisa mendatangkan keuntungan ekonomi.

Namun, lanjut dia, Pemerintah Sumsel berpikiran pragmatis. Seperti balai pertemuan dan museum tekstil di-BOT-kan. Bahkan akan dibangun restoran dan hotel, yang dinilai dapat merusak nilai sejarah.

“Pemerintah mungkin dapat pajak dan uang perizinan yang kita tidak paham, tapi jika di-BOT-kan selama 20 tahun, fungsi dari museum tekstil lama kelamaan bisa kabur. Lama-lama bisa mengubah peninggalan sejarah, seolah menjadi pemilik modal dan kita tidak bisa kontrol,” ujar dia.

Hal lain yang dikhawatirkan, kata Vebri, bisa terjadi kemiskinan budaya serta identitas sejarah.

"Hampir habis (sejarah Sumsel) habis, Palembang akan jadi kota metropolitan yang melupakan sejarah. Pemugaran cagar budaya sekarang sudah menghilangkan keaslian kebudayaan Palembang Darussalam," urai dia.

Beberapa peninggalan sejarah yang dinilai punah gara-gara kerja sama BOT pemerintah dengan pengusaha yakni balai pertemuan di kawasan Jalan Sekanak, Mesjid Agung yang dipugar dengan menghilangkan semua mimbar peninggalan masa kesultanan. Dan terakhir rencana BOT Museum Tekstil.

Jika Benteng Kuto Besak (BKB) akan di-BOT-kan juga, maka seluruh peninggalan sejarah budaya khususnya Kesultanan Palembang Darussalam akan punah dan tak bersisa.

"Kalau BKB juga di BOT kan seperti yang sudah-sudah, maka kita akan tolak. Karena kita akan khawatir BOT akan mengurangi unsur budaya dan saat ini Palembang sudah banyak kehancuran peninggalan sejarah budaya," ucap Vebri. (Sss)